REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengamat memperingatkan penyerbuan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Capitol Hill merupakan awal dari gerakan ekstremis sayap kanan. Pasalnya penyerbuan tersebut mempertemukan banyak kelompok ekstremis.
Mulai dari anggota milisi bersenjata, supremasi kulit putih, organisasi paramiliter, anti-masker dan pendukung fanatik Trump. Dalam peristiwa 6 Januari lalu itu mereka bahu membahu menerobos masuk Gedung Kongres dan merusak kaca-kaca jendelanya.
Pengamat mengatakan kejadian itu akumulasi dari radikalisasi dan sikap partisan yang dipupuk selama bertahun-tahun. Ditambah semakin banyaknya kelompok-kelompok paramiliter dan tekanan dari pandemi global. Pengamat memperingatkan peristiwa yang menewaskan lima orang itu baru awal dari gerakan ekstremis sayap kanan.
"Kami melihatnya seperti ban berjalan radikalisasi, ketika mereka mulai melangkah ke ban berjalan itu, mereka dibanjiri dengan propaganda yang menggerakan mereka ke jalurnya sampai mereka semua bersedia mengangkat senjata," kata direktur eksekutif, Institute for Research & Education on Human Rights, Devin Burghart, Kamis (14/1).
Dalam foto dan video penyerbuan ke Capitol Hill terlihat banyak orang memasang simbol anti-pemerintah Three Percenters dan Oath Keepers di pakaian mereka. Dua kelompok ekstremis sayap kanan yang terorganisir.