Ahad 24 Jan 2021 03:37 WIB

NHS Diminta Cantumkan Keluhan Lidah Sebagai Gejala Covid-19

Gangguan pada lidah makin banyak dialami oleh orang positif Covid-19 di Inggris.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Orang yang positif Covid-19 makin banyak yang mengeluhkan gangguan pada lidahnya.
Foto:

Para peneliti mengidentifikasi delapan jenis ruam kulit yang bisa menjadi tanda potensial Covid-19. Ruam dua kali lebih umum pada anak-anak daripada orang dewasa.

Ruam mungkin merupakan prediktor yang lebih baik daripada demam atau batuk untuk menentukan perlunya tes usap pada si kecil. Menurut data, ruam mungkin muncul sebelum, selama, atau setelah munculnya gejala Covid-19 lainnya.

Terkadang, ruam bisa muncul berpekan-pekan kemudian. Ruam juga merupakan satu-satunya tanda infeksi pada 21 persen orang yang menjalani tes usap.

Dokter Kesehatan Masyarakat dan Epidemiolog Royal Society of Medicine, Gabriel Scally, mengatakan kepada The Sun, gejala di mulut telah dijelaskan selama beberapa waktu terkait dengan Covid-19. Menurut dia, gejala yang ditunjukkan dalam foto itu tidak dijelaskan secara medis oleh Prof Spector.

"Nama medis untuk pembengkakan akut pada lidah yang terjadi sebagai bagian dari suatu sindrom adalah 'glossitis',” kata Scally.

Dalam kasus ini, bisa terjadi perubahan warna yang disebut secara medis sebagai “lidah stroberi” atau “lidah rasberi”. Kondisi tersebut dapat terjadi jika ada penyakit tertentu yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh termasuk herpes.

Perubahan pada lidah, termasuk nyeri, perubahan warna, bengkak, atau tekstur aneh, terkadang disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya. Tapi itu juga bisa disebabkan oleh kebersihan mulut yang buruk, seperti merokok atau pola makan yang tidak sehat.

Lidah putih atau “berbulu” sering kali disebabkan oleh lapisan kotoran, bakteri, dan sel mati. Tapi itu bisa menjadi tanda kondisi kesehatan, misalnya, sariawan mulut. NHS menyarankan untuk menemui dokter umum jika mengalami lidah putih. Sariawan sangat umum dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk makanan atau minuman panas, obat-obatan, stres, perubahan hormon, atau kekurangan vitamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement