REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak China menghentikan tekanan militer dan diplomatik terhadap Taiwan. Washington berkomitmen memperdalam hubungannya dengan Taipei.
"Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan dan sebaliknya terlibat dalam dialog yang bermakna dengan perwakilan Taiwan yang terpilih secara demokratis," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (23/1).
Price menegaskan AS akan berupaya membantu Taiwan, terutama di bidang militer. "Kami bakal terus membantu Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai," ujarnya.
Pada Sabtu lalu, delapan pesawat pembom dan empat jet tempur China memasuki sudut barat daya zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. Angkatan Udara Taiwan mengerahkan misil untuk merespons situasi tersebut.
Menurut Kementerian Pertahanan Taiwan, pesawat China yang memasuki wilayahnya adalah delapan pembom H-6K dan jet tempur J-16. Angkatan Udara Taiwan memperingatkan pesawat-pesawat tersebut.
"Serangan peringatan lintas udara telah ditugaskan, peringatan radio dikeluarkan dan sistem rudal pertahanan udara dikerahkan untuk memantau aktivitas tersebut," katanya dalam sebuah pernyataan singkat.
Pada Selasa (19/1) lalu, Taiwan menggelar latihan militer di Pangkalan Tentara Hukuo di selatan Taipei. Tujuan latihan tersebut adalah mengantisipasi dan menangkal serangan dari China.
"Tidak peduli apa yang terjadi di sekitar Selat Taiwan, tekad kami untuk menjaga Tanah Air kami tidak akan pernah berubah," kata direktur departemen perang politik Taiwan Mayor Jenderal Chen Chong-ji, dikutip laman Aljazirah.
China diketahui memiliki ambisi untuk menguasai penuh Taiwan. Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
Namun Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan tegas menolak hal tersebut. Menyadari ancaman agresi China, dia berusaha meningkatkan kapasitas dan kualitas pertahanan Taiwan, dilansir dari Reuters.