Kamis 28 Jan 2021 12:50 WIB

Mengapa AS Tangguhkan Jual Jet F-35 ke UEA?

Penjualan jet F-35 ke UEA dilakukan di akhir pemerintahan Trump.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Sebuah jet F-35.
Foto:

AS dan UEA menandatangani kesepakatan 23 miliar dolar AS akhir tahun lalu yang akan memberi negara Timur Tengah itu 50 jet F-35 dan 18 drone bersenjata, bersama dengan peralatan keamanan lainnya. Perjanjian tersebut menyusul normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan UEA pada Agustus.

Duta besar UEA untuk AS Yousef Al Otaiba dalam pernyataan melalui Twitter mengatakan, UEA akan bekerja erat dengan pemerintahan Biden dalam pendekatan komprehensif untuk perdamaian dan stabilitas Timur Tengah.

"Paket F-35 lebih dari sekedar menjual perangkat keras militer kepada mitra, Seperti AS, ini memungkinkan UEA untuk mempertahankan pencegah yang kuat terhadap agresi. Sejalan dengan dialog baru dan kerja sama keamanan, ini membantu meyakinkan mitra regional," kata Al Otaiba.

Blinken pada Rabu (27/1) juga mengatakan tinjauan senjata ini adalah masalah prosedur. "Secara umum, dalam hal penjualan senjata, biasanya pada awal pemerintahan meninjau setiap penjualan yang tertunda untuk memastikan bahwa apa yang sedang dipertimbangkan adalah sesuatu yang memajukan tujuan strategis kami dan memajukan kebijakan luar negeri kami, jadi itulah yang kami sedang dilakukan saat ini," katanya.

 

Trump juga telah menempatkan penjualan senjata ke Arab Saudi sebagai inti dari hubungannya dengan Pangeran Mohammad bin Salman. Blinken mengatakan, dia juga akan meninjau sanksi yang dijatuhkan pada pemberontak Yaman yang berpihak pada Iran. Hal itu dilakukan setelah peringatan bahwa tindakan pemberontak tersebut berisiko memicu kelaparan terburuk di dunia dalam beberapa dekade.

Blinken menuduh kelompok itu melakukan kekejaman. Dia mengatakan AS harus fokus untuk mengurangi bencana kemanusiaan.

Arab Saudi dan UEA ikut campur dalam perang di Yaman untuk melawan Houthi yang didukung Iran setelah pemberontak merebut Sana'a pada 2014 dan memaksa pemerintah Yaman ke pengasingan. "Kami telah melihat kampanye (di Yaman), yang dipimpin oleh Arab Saudi, yang juga berkontribusi pada apa yang menurut banyak perkiraan adalah krisis kemanusiaan terburuk di dunia saat ini, dan itu mengatakan sesuatu," kata Blinken.

"Sangat penting untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan," ujarnya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement