Senin 01 Feb 2021 01:33 WIB

Israel Peringatkan Hamas untuk Absen di Pemilu Palestina

Pemilihan parlemen Palestina terakhir diadakan pada 2006.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nur Aini
Ilustrasi Bendera Israel dan Palestina
Ilustrasi Bendera Israel dan Palestina

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Badan Intelijen Israel telah memperingatkan pejabat Hamas di Tepi Barat untuk tidak berpartisipasi dalam pemilihan parlemen Palestina mendatang. Hal itu disampaikan oleh seorang sumber dari salah satu faksi terbesar di Palestina tersebut.

Menurut sumber, Israel pertama kali memanggil pejabat senior Hamas Sheikh Omar Al-Barghouti untuk berbicara dengan petugas intelijen di penjara dan pusat Penahanan Ofer. Saat berada di sana, Al-Barghouti yang tinggal di lingkungan Ramallah, diminta untuk tidak ambil bagian dalam pemilihan presiden, legislatif dan Dewan Nasional Palestina.

Baca Juga

Seperti dilansir dari Middle East Monitor pada Ahad (31/1), beberapa pejabat dan anggota senior Hamas lainnya juga pernah ditanyai hal serupa oleh Israel. Sumber menyebutkan, ada yang ditanya via telepon dan ada pula yang dipanggil ke rumah tahanan atau Pangkalan Militer untuk diinterogasi soal ini.

Al-Barghouti telah menghabiskan total 30 tahun di penjara Israel. Dia adalah saudara laki-laki Nael Al-Barghouti, yang telah ditahan oleh Israel selama lebih dari 40 tahun. Pemimpin Hamas itu baru dibebaskan dari penjara beberapa pekan lalu.

Pada 2018, pasukan pendudukan Israel menangkap Al-Barghouti dan istrinya. Dalam penggerebekan yang sama, mereka tidak hanya membunuh putranya tetapi juga menghancurkan rumahnya. Peringatan sebelumnya dari intelijen Israel kepada Hamas termasuk memberitahu para pejabat untuk tidak terlibat dalam pembicaraan rekonsiliasi dengan Fatah.

Pemilihan parlemen Palestina terakhir diadakan pada 2006. Ketika itu, di luar dugaan Hamas memenangkan pemilihan dengan telak. Israel, Fatah, negara-negara Arab dan Barat, termasuk AS, menolak untuk menerima kemenangan tersebut. Mereka juga mengabaikan fakta bahwa legitimasi kepresidenan Mahmoud Abbas berakhir pada 2009, sejak dia menolak untuk mengadakan pemilihan, hingga sekarang, dan Barat terus mendukungnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement