REPUBLIKA.CO.ID, N'DJAMENA -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) memerintahkan diplomat-diplomatnya di Chad untuk meninggalkan kedutaan besar. Sebab, muncul risiko serangan pemberontak di ibu kota. Washington juga meminta keluarga staf kedutaan segera meninggalkan negara di benua Afrika itu.
"Kelompok bersenjata non-pemerintah di utara Chad bergerak ke selatan dan tampaknya menuju N'Djamena, karena tumbuhnya proksi ke N'Djamena dan kemungkinan kekerasan di kota, pegawai non-esensial pemerintah AS diperintahkan meninggalkan Chad menggunakan maskapai komersial," kata Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip Deutsche Welle, Ahad (18/4).
Karena kerusuhan dan keberadaan kelompok teroris Boko Haram sudah lama, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan warga Amerika untuk tidak berkunjung ke negara itu. Washington mengatakan semua warga AS yang berada di sana harus segera meninggalkan Chad.
Inggris juga meminta warganya untuk segera meninggalkan Chad. Angkatan Bersenjata Chad mengatakan mereka telah menghancurkan pemberontak yang menyerang wilayah utara negara itu.
"Petualangan tentara bayaran dari Libya sudah berakhir, selama bagi pasukan pertahanan dan keamanan kami yang gagah berani," kata Menteri Komunikasi Chad Chérif Mahamat Zene.
Juru bicara militer Azem Bermandoa mengatakan angkatan bersenjata sedang mencari sisa-sisa pemberontak. Sabtu (17/4) kemarin pemerintah Inggris mengatakan pemberontak yang bermarkas di Libya, Front for Change and Concord in Chad (FACT) bergerak menuju N'Djamena.
London mengatakan konvoi yang terpisah terlihat sedang mendekati sebuah kota yang terletak 220 kilometer sebelah utara ibu kota. Pekan lalu pemberontak FACT mengatakan mereka merebut garnisun sebelah utara Chad yang berbatasan dengan Niger dan Libya.