REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pejabat Hamas, Ezzat El-Reshiq, mengatakan Israel harus mengakhiri pelanggarannya di Yerusalem dan mengatasi kerusakan akibat pengeboman di Gaza. Permintaan ini muncul menyusul pengumuman gencatan senjata yang dimulai pada Jumat (21/5).
"Memang benar pertempuran berakhir hari ini tetapi (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu dan seluruh dunia harus tahu bahwa tangan kami berada di pemicunya dan kami akan terus mengembangkan kemampuan perlawanan ini," kata anggota dari biro politik Hamas itu.
El-Reshiq mengatakan tuntutan gerakan itu juga termasuk melindungi masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan mengakhiri penggusuran beberapa warga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur. Dia menggambarkan permintaan itu sebagai garis merah.
Pengeboman udara di Gaza yang berpenduduk padat telah menggugurkan 232 warga Palestina dan serangan roket Hamas telah menewaskan 12 orang di Israel selama konflik 11 hari itu. "Apa yang terjadi setelah pertempuran 'Pedang Yerusalem' tidak seperti yang terjadi sebelumnya karena rakyat Palestina mendukung perlawanan dan tahu bahwa perlawanan itulah yang akan membebaskan tanah mereka dan melindungi tempat-tempat suci mereka," kata El-Reshiq.
Hamas mulai menembakkan roket pada 10 Mei sebagai pembalasan pengusiran Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem. Ditambah lagi konfrontasi polisi di masjid Al-Aqsa selama bulan suci Ramadhan terhadap jamaah.