Rabu 14 Jul 2021 11:09 WIB

Intelijen Inggris Peringatkan Ancaman Mata-Mata Rusia-China

intelijen Inggris telah mencatat 10 ribu upaya terselubung oleh mata-mata asing

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Aksi spionase (ilustrasi).
Foto: gadabimacreative.blogspot.com
Aksi spionase (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala agen mata-mata Inggris pada Rabu (14/7) memperingatkan bahwa ada ancaman mata-mata dari Rusia dan China. Direktur Jenderal Intelijen Inggris (MI5) Ken McCallum memperingatkan bahwa, mata-mata asing berusaha mencuri teknologi, menabur perselisihan, dan menyerang infrastruktur.

McCallum mengatakan, intelijen Inggris telah mencatat 10 ribu pendekatan terselubung oleh mata-mata asing yang berusaha memanipulasi orang-orang biasa di Inggris. Konsekuensi dari mata-mata oleh kekuatan asing dapat berkisar mulai dari rasa frustrasi dan ketidaknyamanan, hilangnya mata pencaharian, hingga berpotensi hingga hilangnya nyawa.

Baca Juga

“Kita harus membangun kesadaran dan ketahanan publik, terhadap ancaman negara yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun terhadap terorisme,” kata McCallum dalam pidatonya di markas MI5 Thames House.

Mata-mata Inggris mengatakan, China dan Rusia secara independen berusaha mencuri data sensitif komersial dan kekayaan intelektual. Mereka juga ikut campur dalam politik dan menabur informasi yang salah. McCallum mengatakan, seluruh negara harus waspada terhadap ancaman mata-mata asing.

"Kami melihat bahwa penemuan universitas dan peneliti brilian Inggris telah dicuri atau disalin, kami melihat bisnis dilubangi oleh hilangnya keuntungan yang telah mereka bangun dengan susah payah. Ini terjadi dalam skala besar, dan memengaruhi kita semua. Pekerjaan di Inggris, layanan publik Inggris, masa depan Inggris," kata McCallum.

MI5 merupakam layanan kontra-intelijen yang dibangun pada 1909. Lembaga itu awalnya berfokus pada ancaman dari Jerman. Kemudian setelah Perang Dunia Kedua, MI5 berfokus pada ancaman Perang Dingin yang ditimbulkan oleh agen Uni Soviet.

Rusia maupun China menyangkal bahwa mereka ikut campur dalam urusan negara lain. Kedua negara itu juga menyangkal telah berusaha mencuri teknologi, melakukan serangan siber, atau menabur perselisihan.

Sejak serangan 9/11 di Amerika Serikat (AS) yang terjadk hampir 20 tahun lalu, menyebabkan penanggulangan terorisme sebagai prioritas terbesar bagi badan-badan intelijen Barat. Mereka fokus pada ancaman dari kelompom militan yang tumbuh di dalam negeri dan yang berbasis di luar negeri. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement