Senin 26 Jul 2021 18:17 WIB

Laporan: Penerjemah AS Sohail Pardis Dieksekusi Taliban

Taliban janji tidak akan melukai orang-orang yang bekerja untuk pasukan asing.

Rep: Lintar/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan taliban di Afghanistan
Foto:

Namun para penerjemah mengatakan mereka khawatir Taliban akan membalas dendam ketika pasukan AS mundur dari Afghanistan. Di puncak perang ada sekitar 100 ribu pasukan AS yang ditempatkan di Afghanistan.

"Kami tidak dapat bernapas di sini, Taliban tidak memberi ampun pada kami," kata Ayuobi.

Sudah sekitar 18 ribu warga Afghanistan yang bekerja untuk militer AS yang mengajukan program Visa Khusus yang membuat mereka datang ke AS. Pada 14 Juli lalu Gedung Putih mengatakan mereka menggelar 'Operasi Pengungsi Sekutu'.

Program digulirkan untuk merelokasi ribuan penerjemah Afghanistan yang bekerja untuk pasukan asing. Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pengungsi yang mengajukan Visa Imigran Khusus (SIV) sudah akan melakukan evakuasi pada akhir pekan lalu.

Sebelumnya pemerintah Biden mengatakan akan berbicara dengan sejumlah negara untuk menyediakan tempat aman, sampai AS menyelesaikan proses visa yang membutuhkan waktu. Hal ini menunjukkan pemerintah AS menyadari ancaman nyata dari Taliban.

Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan Departemen Pertahanan AS mempertimbangkan 'pilihan' negara mana yang mungkin dapat ditempati pengungsi Afghanistan.

"Kami masih mempertimbangkan lokasi-lokasi di luar negeri yang memiliki fasilitas departemen pertahanan AS yang mampu mendukung rencana relokasi dengan tempat tinggal sementara yang layak dan infrastruktur yang mendukung," kata Kirby.

Pardis meninggalkan seorang putri berusia 9 tahun yang kini masa depannya tidak pasti. Ia tinggal dengan pamannya Najibullah Sahak. Sahak mengatakan ia dan keponakannya itu meninggalkan rumah mereka di Kabul karena khawatir menjadi target Taliban selanjutnya. Di makam Pardis, Sahak mengatakan keluarganya tidak aman.

"Saya sangat mengkhawatirkan keselamatan keluarganya, tidak banyak yang dapat dikerjakan di negara dan situasi keamanan sangat buruk," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement