REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin berkomitmen untuk memiliki hubungan yang konstruktif dengan China dan bekerja menghadapi tantangan bersama. Komitmen itu ia sampaikan saat memaparkan visinya menyangkut hubungan Washington dengan Beijing, yang telah tenggelam ke titik terendah dalam beberapa dekade.
AS telah menempatkan penentangan terhadap China di jantung kebijakan keamanan nasionalnya selama bertahun-tahun dan pemerintahan Presiden Joe Biden menyebut persaingan dengan Beijing sebagai "ujian geopolitik terbesar" abad ini.
Sementara pidato Austin di Singapura akan menyentuh daftar perilaku --yang biasa digambarkan Washington sebagai destabilisasi, dari isu Taiwan hingga Laut China Selatan. Komentarnya tentang membangun hubungan yang stabil dapat membuka peluang bagi kedua negara untuk mulai mengurangi ketegangan."Kami tidak akan gentar ketika kepentingan kami terancam. Namun kami tidak mencari konfrontasi," kata Austin.
"Saya berkomitmen untuk mengupayakan hubungan yang konstruktif dan stabil dengan China, termasuk komunikasi krisis yang lebih kuat dengan Tentara Pembebasan Rakyat."
Austin belum sempat berbicara dengan pejabat senior China mana pun meskipun ada upaya berulang kali sejak mulai menjabat sebagai menteri pertahanan pada Januari. Bahkan dengan ketegangan dan retorika yang memanas, para pejabat militer AS telah lama berusaha untuk menjaga jalur komunikasi terbuka dengan mitra China guna mengurangi potensi gejolak atau mengatasi insiden apa pun.
Seorang diplomat top China mengeluarkan nada konfrontatif pada Senin (26/7), dalam pembicaraan tingkat tinggi yang jarang terjadi dengan AS. Ia menuduh AS menciptakan "musuh imajiner" untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik dan menekan China.
Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman telah tiba untuk melakukan pertemuan tatap muka di kota utara China, Tianjin, pada Minggu (25/7)."Kekuatan besar perlu mencontohkan transparansi dan komunikasi," kata Austin.