Kamis 19 Aug 2021 07:17 WIB

Menlu Jerman Terancam Dipecat karena Kebijakan Afghanistan

Parlemen menyoroti penanganan yang buruk dalam evakuasi warga Jerman di Kabul.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Taliban berpatroli di lingkungan Wazir Akbar Khan di kota Kabul, Afghanistan, Rabu, 18 Agustus 2021.
Foto: AP/Rahmat Gul
Taliban berpatroli di lingkungan Wazir Akbar Khan di kota Kabul, Afghanistan, Rabu, 18 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Anggota parlemen Jerman pada Rabu (18/8) mengecam Menteri Luar Negeri Heiko Maas atas kebijakan terkait Afghanistan yang dinilai gagal. Parlemen menyoroti penanganan yang buruk terhadap rencana evakuasi warga negara Jerman dan staf lokal Afghanistan dari Kabul.

Berbicara menjelang sesi khusus komite urusan luar negeri, Ketua Komite Christian Democratic Union (CDU), Norbert Roettgen, mengkritik pemerintah dengan tajam, karena salah menilai situasi politik di Afghanistan selama beberapa minggu terakhir. Roettgen menyebut peristiwa dramatis di Afghanistan sebagai bencana politik dan kegagalan moral Barat.

Baca Juga

"Masih banyak orang di Kabul yang menjadi tanggung jawab kami untuk membawa mereka ke tempat yang aman di Jerman," kata Roettgen, dilansir Anadolu Agency, Kamis (19/8).

Pernyataan Roettgen digaungkan oleh anggota parlemen oposisi, Partai Hijau, yang melontarkan tuduhan serius terhadap pemerintah Jerman atas situasi di Afghanistan. "Kita menghadapi kegagalan kolektif," kata pakar kebijakan luar negeri Partai Hijau, Jurgen Trittin.

Sekitar dua bulan lalu, Maas menepis anggapan bahwa Taliban hampir menguasai Afghanistan. Maas menghadapi seruan publik untuk mengundurkan diri, setelah mengakui bahwa dia salah membaca situasi di Afghanistan.

Dalam pertemuan tertutup, Kanselir Angela Merkel juga mengakui bahwa pemerintahnya telah salah menilai situasi di Afghanistan. Mereka harus bergantung pada bantuan Amerika Serikat (AS) untuk menerbangkan warga Jerman dan ribuan staf lokal Afghanistan dari Kabul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement