REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Mantan perdana menteri Qatar Hamad bin Jassim Al Thani, meminta masyarakat internasional melakukan pembicaraan langsung dengan Taliban. Kendati demikian, dia meminta situasi di Afghanistan tetap dihormati.
“Sekarang Taliban telah kembali berkuasa dengan kemenangan setelah 20 tahun, kita harus berbicara dengan mereka secara langsung,” kata Al Thani lewat akun Twitter-nya, dikutip laman Middle East Monitor, Kamis (19/8).
Menurutnya, dunia tetap perlu menghormati situasi di Afghanistan. Hal itu termasuk dengan tidak mengambil tindakan untuk membatasi Taliban. “Karena masyarakat internasional harus memberi harapan akan menerima mereka dan bekerja sama dengan mereka sebagai imbalan atas komitmen mereka terhadap norma-norma internasional,” ujarnya.
Al Thani menilai ada indikator positif bahwa Taliban mungkin telah mengubah ideologinya sehubungan dengan isu-isu tertentu, seperti hak-hak perempuan, hak-hak minoritas, dan keterlibatan dengan komunitas internasional. Namun hal itu masih perlu pembuktian.
Pemimpin senior Taliban, Wahedullah Hashimi, telah mengatakan peran perempuan di Afghanistan, termasuk hak mereka bekerja, memperoleh pendidikan, dan cara berpakaian, akan diputuskan oleh dewan ulama Islam. “Ulama kami akan memutuskan apakah anak perempuan diizinkan pergi ke sekolah atau tidak. Mereka akan memutuskan apakah mereka harus mengenakan jilbab, burqa, atau hanya kerudung plus abaya atau tidak. Itu terserah mereka,” kata Hashimi.
Hashimi menekankan, 99,9 persen penduduk Afghanistan adalah Muslim dan mereka percaya pada Islam. "Ketika Anda percaya pada hukum, pasti Anda harus menerapkan hukum itu. Kami memiliki dewan, dewan ulama yang sangat terkemuka. Mereka akan memutuskan apa yang harus dilakukan,” ujarnya.