Rabu 25 Aug 2021 12:05 WIB

China Tawarkan Bantuan Investasi dan Teknis ke Afghanistan

Usai AS pergi, China memiliki kondisi paling baik untuk investasi di Afghanistan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Taliban berjaga selama upacara pembebasan tahanan politik setelah amnesti umum, meninggalkan penjara di Kandahar, Afghanistan, 24 Agustus 2021. Taliban membebaskan sekitar 200 tahanan politik menyusul amnesti umum yang diumumkan kelom
Foto:

Di satu sisi juga banyak yang mengatakan Beijing akan ragu menggelontorkan uang ke negara Asia Tengah yang berbagi perbatasan sepanjang 44 mil, setidaknya sampai Taliban memberikan hasil konkret pada janji-janjinya.

Salah satu janji Taliban adalah  berhenti mendukung kelompok teroris East Turkestan Islamic Movement (ETIM). Kelompok teroris itu memiliki hubungan dengan al-Qaeda dan pernah mencari suaka ke Afghanistan.

Mereka adalah kelompok separatis Xinjiang yang ingin memisahkan diri dari China, karena AS fokus bersaingan dengan China selama beberapa tahun terakhir. Negara Barat membiarkan kelompok tersebut.

Direktur Komite Promosi Perdagangan dan Perekonomian Arab-China, Yu Minghui mengatakan pengusaha-pengusaha China telah membuat kesepakatan yang bagus dengan Afghanistan termasuk dengan Taliban. Ia mencatat milisi tersebut telah berjanji melindungi investor.

Sebab 'siapa pun yang berada di negara itu' setelah NATO mundur 'sedang membantu Afghanistan'. Banyak pengusaha yang dikutip Global Times mengatakan mereka 'kebal' terhadap sanksi-sanksi negara Barat.

Namun, bila hubungan Kabul dengan Amerika Serikat dan Inggris terus memburuk, maka akan menimbulkan risiko tinggi dalam investasi di negara itu. AS dan Inggris mitra terbesar NATO yang menduduki Afghanistan. Kini mereka banyak menggunakan pendekatan 'tunggu dan lihat'.

Serupa  dengan apa yang dilakukan China dalam menantikan Taliban memenuhi janjinya. Untuk saat ini, pemerintah de facto Afghanistan sudah disanksi, aset senilai 9,5 miliar dolar AS di Amerika telah dibekukan.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi memperingatkan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab. Sikap yang terlalu agresif terhadap Taliban akan memicu serangan balik.

Direktur penelitian Institut Strategi Nasional, Tsinghua University, Qian Feng mengatakan ada 'ribuan hal yang perlu ditunggu' di Afghanistan. Hal itu termasuk membangun kembali dan memperluas setiap jenis infrastruktur dari mulai komunikasi hingga transportasi, ekstraksi mineral dan pertanian yang cukup unik hingga China dapat berinvestasi dalam jumlah besar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement