Kamis 02 Sep 2021 14:47 WIB

Militer Israel Selidiki Penembakan Warga Palestina

Korban dilaporkan dibunuh oleh tentara ketika kembali dari bekerja di Israel.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Pasukan Israel berpatroli di jalan-jalan dan mencari rumah-rumah selama operasi militer menyusul serangan pelemparan batu terhadap seorang pengemudi Israel di dekat pemukiman Israel Allon Moreh, di desa Salem, Tepi Barat, dekat Nablus, Senin, 23 Agustus 2021.
Foto: AP/Majdi Mohammed
Pasukan Israel berpatroli di jalan-jalan dan mencari rumah-rumah selama operasi militer menyusul serangan pelemparan batu terhadap seorang pengemudi Israel di dekat pemukiman Israel Allon Moreh, di desa Salem, Tepi Barat, dekat Nablus, Senin, 23 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel sedang menyelidiki penembakan fatal terhadap seorang warga sipil Palestina di Tepi Barat. Menurut penduduk Tepi Barat, korban dibunuh oleh tentara ketika kembali dari bekerja di Israel.

Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan, pasukan yang beroperasi pada Rabu (1/9) di dekat jalan raya telah menembaki seorang tersangka yang melarikan diri dari daerah itu.

Baca Juga

Pernyataan militer Israel menjelaskan, sekitar 90 menit kemudian, seorang warga sipil dengan luka tembak tiba di sebuah pos pemeriksaan militer Israel dalam kondisi kritis. Dia  dirawat oleh petugas medis hanya saja akhirnya meninggal.

Warga Palestina mengidentifikasi almarhum sebagai pria berusia 39 tahun yang tinggal di dekat lokasi penembakan. Mereka mengatakan dia biasa bekerja secara legal di Israel dan sedang dalam perjalanan pulang ketika ditembak.

"Insiden itu sedang ditinjau, dan secara bersamaan sedang diselidiki oleh Divisi Reserse Kriminal Polisi Militer. Temuan akan ditransfer ke Korps Advokat Jenderal Militer untuk diperiksa," kata militer.

Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur, daerah yang menjadi harapan Palestina untuk menciptakan negara merdeka. Kekerasan sering meletus sejak pembicaraan damai yang disponsori Amerika Serikat gagal pada 2014.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement