Ahad 05 Sep 2021 17:29 WIB

Sineas Afghanistan Kisahkan Pilu Pelariannya

Para sineas di Afghanistan menghapus media sosialnya untuk lindungi diri dari Taliban

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Christiyaningsih
 Pasukan Taliban berkumpul untuk merayakan penarikan pasukan AS di Kandahar, Afghanistan, 1 September 2021. Taliban menyerukan dukungan dari masyarakat internasional untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur akibat konflik selama dua dekade dan sangat bergantung pada bantuan asing.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pasukan Taliban berkumpul untuk merayakan penarikan pasukan AS di Kandahar, Afghanistan, 1 September 2021. Taliban menyerukan dukungan dari masyarakat internasional untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur akibat konflik selama dua dekade dan sangat bergantung pada bantuan asing.

REPUBLIKA.CO.ID, VENESIA – Pembuat film wanita yang melarikan diri dari Taliban memohon kepada dunia untuk tidak melupakan orang-orang Afghanistan dan terus mendukung seniman Afghanistan. Mereka memperingatkan sebuah negara tanpa budaya pada akhirnya akan kehilangan identitasnya.

Festival Film Venesia menyelenggarakan diskusi panel pada Sabtu yang diisi Presiden Wanita Pertama Organisasi Film Afghanistan Sahraa Karimi dan pembuat film dokumenter Sahra Mani. Dia mempresentasikan proyek di acara tersebut.

Baca Juga

Karimi menceritakan tentang pelariannya dari Taliban. Dia hanya punya beberapa jam untuk memutuskan apakah akan tinggal atau pergi. Semua telah hilang setelah Taliban menguasai Kabul.

Dia mengutip banyak film yang berada di pra dan pascaproduksi, lokakarya pembuatan film yang telah diselenggarakan, dan kebijakan asuransi dinegosiasikan untuk peralatan. Selain itu, Karimi menyebut sutradara Afghanistan semakin disambut di festival film internasional. Karimi mempersembahkan sebuah film di Festival Film Venesia pada 2019.

“Itu adalah mimpi kami untuk mengubah narasi Afghanistan karena kami bosan dengan klise tentang Afghanistan. Kami ingin memproduksi film dan menceritakan kisah kami dari sudut yang berbeda dari perspektif yang berbeda untuk menunjukkan keindahan negara kami,” ujar Karimi, dilansir The National, Ahad (5/9).

Namun, dia menuturkan semua itu telah hilang. Komunitas pembuat film yang berkembang di Afghanistan telah melarikan diri atau bersembunyi di bawah kendali Taliban.

“Bayangkan negara tanpa seniman, negara tanpa pembuat film, bagaimana mereka bisa mempertahankan identitasnya? Mungkin kita bukan duta politik tapi kita duta untuk cerita kita, duta identitas kita. Kami adalah orang-orang yang mewakili identitas kami kepada dunia melalui film, musik kami, dan karya lain. Namun kami sekarang menjadi tunawisma,” ujar dia.

Karimi memutuskan untuk melarikan diri pada pagi hari tanggal 15 Agustus dengan hanya beberapa jam untuk membuat keputusan paling sulit dalam hidupnya. Banyak anak muda dan cerdas yang juga ikut meninggalkan Afghanistan. Namun, yang jelas, ribuan pembuat film telah menghapus kehadiran mereka di media sosial untuk keselamatan mereka dan bersembunyi.

Mani menuturkan di bawah pemerintahan korup dari pemerintah Afghanistan, dia tetap bertahan meskipun ada risiko keamanan harian dan kerepotan sehari-hari – pemadaman listrik, pemadaman internet karena dia ingin membangun kembali negara itu dan memulai kehidupan budayanya.

"Kami tinggal. Kami optimistis. Namun dengan pengambilalihan Taliban, itu berarti kita tidak punya apa-apa untuk diperjuangkan. Kami kehilangan segalanya,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement