Selasa 21 Sep 2021 12:40 WIB

Serangan ISIS ke Taliban Bisa Perluas Konflik di Afghanistan

Serangkaian ledakan menghantam kendaraan Taliban di Jalalabad, Afghanistan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Taliban mendengarkan Sheikh Abdul Baqi Haqqani, Penjabat Menteri Pendidikan Tinggi Taliban, selama upacara di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto:

Afiliasi ISIS di Afghanistan telah melakukan beberapa serangan paling brutal dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menargetkan sekolah, masjid dan bahkan rumah sakit bersalin, terutama menargetkan minoritas Muslim Syiah. Afiliasi ISIS di Afghanistan menarik pembelot garis keras Taliban dan militan asing yang kecewa dengan cara Taliban yang terlalu moderat.  

"Salah satu risiko paling serius bagi perpecahan Taliban di masa depan, pada saat kelompok itu berusaha untuk mengumpulkan kekuatan dan memainkan peran utama di Afganistan," ujar Soufan Center yang berbasis di New York dalam analisisnya.

Untuk saat ini, jumlah pasukan Taliban lebih banyak ketimbang jumlah militan ISIS. Seorang rekan di Swiss Institute for Global Affairs, Franz Marty mengatakan, para ahli meragukan bahwa kelompok ekstremis itu menimbulkan ancaman eksistensial bagi penguasa baru Afghanistan. Tetapi jika pengeboman berlanjut, maka menurut Marty, halbitu bisa menjadi masalah besar.

“Ini mempengaruhi persepsi orang. Jika Taliban tidak dapat memenuhi janji mereka untuk mengamankan negara, itu dapat mengubah gelombang sentimen publik terhadap mereka di timur,” kata Marty.

Terlepas dari kekhawatiran warga di Jalalabad, ada peningkatan nyata dalam keselamatan publik di tempat lain, termasuk ibu kota Kabul. Sebelum pengambilalihan Taliban, tindak kejahatan di Kabul meningkat tajam. Banyak penduduk takut meninggalkan rumah mereka pada malam hari.

Baca juga : Etnis Hazara Curiga dengan Pemerintahan Taliban

Seorang ayah dari anak laki-laki berusia 10 tahun yang tewas dalam ledakan, Zarif Khan pada Ahad menggambarkan, serangan tersebut sebagai pertanda yang tidak menyenangkan. Khan mengatakan, keluarganya hidup dalam kemiskinan di negara yang tidak aman.

“Kami hidup dalam kemiskinan dan kami juga tidak memiliki keamanan. Hari ini, anak saya kehilangan nyawanya, besok anak laki-laki lain akan kehilangan nyawa mereka," kata Khan. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement