Rabu 29 Sep 2021 08:04 WIB

Staf di Kongo Lakukan Pemerkosaan, WHO Minta Maaf ke Korban

Lebih dari 50 perempuan menuduh pekerja bantuan dari WHO melakukan pemerkosaan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Logo WHO
Foto:

Dalam laporan tersebut, seorang gadis 14 tahun bernama "Jolianne", mengatakan kepada komisi bahwa, dia menjual kartu isi ulang telepon di pinggir jalan pada April 2019 di Mangina. Seorang pengemudi WHO menawarinya tumpangan untuk pulang. Namun staf WHO tersebut justru membawanya ke sebuah hotel, dan memperkosanya. Jolianne kemudian hamil dan telah melahirkan.

Beberapa perempuan yang sudah bekerja mengatakan kepada tim peninjau bahwa, mereka kerap menerima pelecehan seksual oleh pengawas mereka. Para pelaku memaksa para korban berhubungan seksual untuk mempertahankan pekerjaan mereka, mendapatkan bayaran atau mendapatkan jabatan yang lebih baik.

Beberapa mengatakan, mereka telah diberhentikan karena menolak berhubungan seksual. Sementara yang lain tidak mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan, bahkan setelah menyetuju untuk berhubungan seksual.

Ketua investigasi Aichatou Mindaoudou mengatakan, ada kesamaan antara para korban yang bersaksi dalam laporan media tahun lalu dan mereka yang diwawancarai dalam laporan penyelidikan. Dia mengakui bahwa ini dapat menunjukkan masalah yang lebih besar.

"Beberapa orang di tingkat tinggi WHO sadar dengan apa yang sedang terjadi dan tidak bertindak," ujar Mindaoudou.

Kongo dan lembaga bantuan lainnya akan melakukan penyelidikan atas kasus pelecehan seksual tersebut. Sementara, menteri hak asasi manusia Kongo tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Pada Juni tahun lalu, pemerintah Kongo mengumumkan berakhirnya wabah Ebola yang telah berlangsung selama dua tahun, dan menewaskan lebih dari 2.200 orang. Ini merupakan wabah terbesar kedua sejak virus itu diidentifikasi pada 1976. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement