Senin 30 Jul 2018 13:54 WIB

Iran: AS Negara Pencandu Sanksi

Iran enggan merevisi kesepakatan nuklir yang tercapai pada 2015.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolanda
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai negara pencandu sanksi. Ia menilai, AS keranjingan untuk menjatuhkan sanksi kepada negara-negara lain, termasuk Iran. 

"Catatan hubungan luar negeri AS menunjukkan bahwa pada setiap titik dalam sejarah, sebagian besar sanksi terhadap sejumlah negara tertinggi telah dikenakan oleh AS," kata Zarif, dilaporkan laman kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA), pada Ahad (29/7).

"AS adalah pencandu sanksi, dan kecanduan itu telah mencegah mereka, bahkan pada masa jabatan (mantan presiden AS Barack) Obama, dari memenuhi kewajiban mereka," kata Zarif menambahkan. 

Pernyataan Zarif itu muncul setelah AS memperbarui sanksi berupa embargo terhadap Iran. Sanksi tersebut telah membuat goyah perekonomian Iran. 

Baca juga, AS tak Ingin Gulingkan Rezim Iran, Tapi ....

Presiden AS Donald Trump telah menyatakan negaranya akan mengenakan sanksi baru terhadap Iran pada awal Agustus. Sanksi itu akan lebih berat dan luas dari sebelumnya. Trump pun telah memperingatkan negara-negara lain untuk menghentikan impor, terutama minyak, dari Iran. AS tak segan untuk turut menjatuhkan sanksi kepada negara-negara yang masih melakukan transaksi bisnis semacam itu. 

Sanksi terbaru yang dijatuhkan AS berkaitan dengan keengganan Iran merevisi kesepakatan nuklir yang tercapai dengan negara kekuatan dunia pada 2015. AS menilai kesepakatan tersebut cacat karena masih memberikan ruang bagi Iran untuk mengembangkan rudal balistiknya. 

Pada 8 Mei lalu, Trump akhirnya memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Sanksi dan embargo kembali diberlakukan hingga Iran bersedia melakukan renegosiasi kesepakatan nuklirnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement