REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, telah mengimbau warga untuk mengangkat senjata untuk melawan kelompok pemberontak Tigray. Permintaan itu disampaikan setelah kelompok dari negara bagian Tigray utara dilaporkan menguasai lebih banyak kota di tetangga Amhara.
Melalui akun Facebook, Abiy mengatakan kemajuan pemberontak mendorong negara itu menuju kehancurannya. Dia mendesak warga untuk mengorganisir dan berbaris ikut turun mengerahkan kekuatan untuk menahan upaya Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Komentar itu bertepatan dengan pemberontak yang dilaporkan menguasai kota-kota strategis Dessie dan Kombolcha di negara bagian Amhara, lebih dari 300 km utara ibukota, Addis Ababa. Dalam kicauan pada Senin (1/11), pemerintah Ethiopia mengatakan pemberontak segera mengeksekusi lebih dari 100 pemuda penduduk di daerah Kombolcha.
Kedua belah pihak yang berkonflik juga telah dituduh melakukan kekejaman, namun keduanya menyangkal tuduhan tersebut. TPLF mengatakan tujuannya adalah untuk mematahkan pengepungan wilayah utara.
Eskalasi terjadi setelah berbulan-bulan perseteruan antara pemerintah Abiy dan para pemimpin TPLF, yang merupakan partai politik dominan di Tigray. Pihak berwenang kemudian menyebut TPLF sebagai organisasi teroris dan mengesampingkan pembicaraan damai.
Amerika Serikat (AS) telah menyerukan gencatan senjata dalam konflik selama setahun yang telah menciptakan krisis kemanusiaan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah menyatakan kekhawatirannya atas konflik yang meningkat. Dalam sebuah kicauan, dia mengatakan terus berjuang hanya memperpanjang krisis kemanusiaan yang mengerikan di Ethiopia utara.
Menurut laporan PBB, ribuan orang tewas dalam perang, jutaan mengungsi dan ratusan ribu menghadapi kondisi kelaparan.