Selasa 02 Nov 2021 14:56 WIB

Eks Anggota Intelijen Afghanistan Gabung ke ISIS-K

Motif eks anggota intelijen bergabung ke ISIS karena ekonomi dan lawan Taliban.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Gerakan ISIS (ilustrasi)
Foto:

Kahl memperkirakan ISIS memiliki ribuan kader di Afghanistan. Kahl mengatakan, Alqaeda di Afghanistan menimbulkan masalah yang lebih kompleks, mengingat hubungannya dengan Taliban. Hubungan tersebut memicu intervensi militer AS di Afghanistan pada 2001, setelah serangan 11 September di New York dan Washington. Ketika itu, Taliban menyembunyikan para pemimpin Alqaeda. Kahl mengatakan, Alqaeda membutuhkan waktu sekitar satu atau dua tahun untuk memulihkan kemampuan melakukan serangan terhadap AS.

Presiden AS Joe Biden mengatakan, Amerika Serikat akan terus waspada terhadap ancaman yang berasal dari Afghanistan. Amerika Serikat melakukan operasi pengumpulan intelijen di negara yang akan mengidentifikasi ancaman dari kelompok teror seperti Alqaeda dan ISIS.

Kahl mengatakan, tujuan operasi intelijen tersebut adalah untuk menghancurkan ISIS dan Alqaidah sehingga tidak mampu menyerang Amerika Serikat. Kahl mengatakan, Amerika Serikat belum memiliki kesepakatan dengan negara-negara tetangga Afghanistan untuk upaya kontraterorisme.  "Kita harus waspada ketika membuat tindakan itu," kata Kahl.

Namun, para pejabat AS secara pribadi memperingatkan bahwa, mengidentifikasi serta menaklukkan kelompok teror seperti Alqeda dan ISIS sangat sulit dilakukan tanpa kehadiran pasukan AS di Afghanistan. Sejauh ini, drone yang mampu menyerang target ISIS dan Alqaeda sedang diterbangkan dari Teluk.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement