REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengklaim telah menggagalkan upaya Amerika Serikat (AS) untuk mencuri sebuah kapal tanker minyak di Laut Oman. Klaim Iran tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Media pemerintah Iran mengatakan sebuah kapal militer AS dilaporkan menyita kapal tanker minyak Iran. Kapal militer AS tersebut kemudian mengalihkan minyak ke kapal tanker lain dan menuju ke lokasi yang dirahasiakan.
Pasukan angkatan laut Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dilaporkan mendarat di dek kapal tanker kedua dan memindahkannya kembali ke perairan teritorial Iran. Pasukan AS kemudian mencoba mengejar kapal tanker itu dengan kapal perang dan helikopter tetapi gagal.
Meski gagal, pasukan AS tak menyerah dan kembali mengejar serta mencegah agar kapal tanker tidak memasuki perairan Iran. Namun upaya AS masih belum berhasil. Kapal tanker itu saat ini berlabuh di perairan teritorial Iran.
Insiden itu terjadi dua hari setelah angkatan laut Iran mengklaim telah menggagalkan serangan bajak laut di salah satu kapal tanker minyak mereka dalam perjalanan ke Teluk Eden. Perompak berusaha menyita kapal tanker itu tetapi terpaksa melarikan diri setelah ada intervensi Angkatan Laut Iran.
Hubungan antara Teheran dan Washington semakin renggang karena kedua belah pihak belum membuat kepastian untuk melanjutkan pembicaraan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS berupaya menempuh jalur diplomatik untuk menyelesaikan kekhawatiran tentang program nuklir Iran. Dalam hal ini, Washington berusaha menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
JCPOA disepakati pada 2015 antara Iran dan negara kekuatan dunia yakni AS, Prancis, Inggris, Jerman, Rusia, serta China. Kesepakatan itu mengatur tentang pembatasan aktivitas atau program nuklir Iran. Sebagai imbalannya, sanksi asing termasuk embargo terhadap Teheran dicabut.
Namun JCPOA retak dan terancam bubar setelah mantan presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan tersebut pada November 2018. Trump berpandangan bahwa JCPOA "cacat" karena tak turut mengatur tentang program rudal balistik dan peran Iran di kawasan.
Trump kemudian memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Teheran. Sejak saat itu Iran tak mematuhi ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam JCPOA, termasuk perihal pengayaan uranium.