Ahad 14 Nov 2021 14:27 WIB

Krisis Politik Membuat Ekonomi Myanmar Carut Marut

Kudeta militer telah menyebabkan perekonomian Myanmar mengalami kemunduran.

Rep: Rizki Jaramaya/ Red: Agung Sasongko
Biksu Buddha yang mengenakan masker menerima makanan dari umat saat mereka mengumpulkan sedekah pagi Kamis, 15 Juli 2021, di Yangon, Myanmar.
Foto:

Pada Januari, nilai tukar satu dolar AS sekitar 1.300-1.400 kyat. Pada akhir September, nilai tukar mencapai rekor tertinggi yaitu 3.000 kyat.Hal itu telah mendorong kenaikan harga kyat untuk kebutuhan pokok seperti minyak goreng, kosmetik, makanan, elektronik, bahan bakar, dan perlengkapan lain yang harus diimpor menggunakan dolar.

Beberapa orang membentuk kelompok penukaran uang untuk menukar kyat dengan dolar secara daring terlepas dari risikonya. Bank sentral belum lama ini mengeluarkan pemberitahuan yang melarang transaksi tidak resmi semacam itu.

"Penukaran secara daring lebih mudah akhir-akhir ini.  Anda dapat dengan mudah menemukan orang yang ingin membeli atau menjual.  Tetapi Anda perlu membangun kepercayaan antara penjual dan pembeli. Ada juga scammer online,” kata Ko Thurein, yang sering mengunggah penjualan dolar di Myanmar Money Changer Group.

Pihak berwenang Myanmar menangguhkan impor kendaraan mulai 1 Oktober untuk menghemat devisa.  Untuk menahan jatuhnya kyat, Bank Sentral Myanmar telah melakukan intervensi di pasar sebanyak 36 kali sejak Februari.  Tetapi operasi semacam itu hanya berdampak kecil, karena sebagian besar dolar yang dijual oleh bank sentral digunakan untuk bisnis pro-militer.

“Beberapa orang mengatakan dolar yang dikeluarkan oleh bank sentral tidak memenuhi permintaan domestik, dan kami menerima bahwa itu benar,” ujar kepala juru bicara pemerintahan militer Myanmar, Zaw Min Tun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement