Ahad 14 Nov 2021 14:27 WIB

Krisis Politik Membuat Ekonomi Myanmar Carut Marut

Kudeta militer telah menyebabkan perekonomian Myanmar mengalami kemunduran.

Rep: Rizki Jaramaya/ Red: Agung Sasongko
Biksu Buddha yang mengenakan masker menerima makanan dari umat saat mereka mengumpulkan sedekah pagi Kamis, 15 Juli 2021, di Yangon, Myanmar.
Foto:

“Sebagai pemerintah, kita harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi di zaman kita daripada menyalahkan masa lalu. Saya ingin mengatakan bahwa pemerintah kita bekerja keras untuk menemukan solusi terbaik," kata Zaw Min Tun.

Zaw Min Tun, mengatakan, Myanmar sedang mengerjakan proyek pembangkit listrik tenaga air dan angin jangka panjang. Pembangunan ini merupakan upaya untuk menghemat energi dan memotong impor, karena tidak dapat menutupi permintaan bahan bakar.

Pemimpin tertinggi militer Min Aung Hlaing telah mendesak masyarakat untuk membantu mengurangi penggunaan energi.

Kelangkaan bahan bakar telah menjadi masalah utama di Myanmar. Hal ini disebabkan kenaikan harga minyak global, dan biaya bensin yang diimpor. Myanmar memiliki kapasitas penyulingan yang sedikit, sehingga harga bensin meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 1.500 kyat per liter dari sekitar 700 kyat pada Januari.

 “Sulit untuk membeli dolar, dan perusahaan minyak tidak lagi menjual secara kredit. Anda tidak dapat membeli semua yang Anda inginkan dan kami kesulitan membangun kepercayaan dengan mereka. Jadi kami hanya berusaha untuk tidak kehilangan terlalu banyak saat ini," kata seorang pejabat dari Max Energy, konglomerat besar yang mengoperasikan puluhan stasiun pengisian bahan bakar.  

“Bahkan di negara kami, orang tidak saling percaya, dan tidak diragukan lagi bahwa orang asing tidak mempercayai kami.  Itu juga karena sistem perbankan sedang kacau,” kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement