REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar China di Jakarta menyelenggarakan konferensi pers bersama dengan pemerintah daerah Xinjiang untuk membuktikan bahwa Xinjiang baik-baik saja. Konferensi yang dilakukan virtual pada Kamis (18/11) ini dilakukan pemerintah China dalam menghadapi tudingan terus menerus terhadap isu pelanggaran hak asasi manusia di Provinsi Otonomi Xinjiang.
China ingin meyakinkan agar Indonesia berpihak kepada mereka termasuk dalam menghadapi isu pelanggaran hak asasi manusia yang kerap dilontarkan internasional. Konferensi bertajuk 'Xinjiang is a Wonderful Land' menguak kesaksian masyarakat Xinjiang yang tinggal di sana serta pengakuan sejumlah tokoh di Indonesia untuk menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa daerah tersebut merupakan tempat yang baik.
"China merupakan sahabat yang tulus bagi Indonesia dan dunia Islam yang lebih luas, dengan sejarah panjang pertukaran dan pembelajaran timbal balik di bidang agama dan sosial budaya antara kedua pihak," ujar Duta Besar Cina untuk Indonesia Xiao Qian dalam pembukaan pada acara Konferensi Virtual Tentang Xinjiang, kemarin.
Dalam konferensi tersebut, sejumlah video diputar untuk menunjukkan keragaman keagamaan, kesenian dan kebudayaan di Xinjiang. Video terkait tempat pelatihan vokasi hingga upaya pemerintah China membasmi kemiskinan juga diputar pada konferensi tersebut.
Wakil Direktur Jenderal Komite Kongres Rakyat Xinjiang, Tohti Yaqup mengatakan, pengentasan kemiskinan di Xinjiang telah berhasil secara menyeluruh. Pemerintah menetapkan langkah kebijakan termasuk dukungan terhadap sektor industri dan penciptaan lapangan kerja.
"Pada akhir tahun 2020, Xinjiang telah mengentaskan keseluruhan dari 3.064.900 warga miskin pedesaan menurut standar kemiskinan saat ini, serta mengangkat 3.666 desa dan 35 kabupaten dari kategori miskin," ujar Tohti Yaqup.