REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pembangunan rahasia konstruksi di dalam fasilitas pengapalan China di pelabuhan Abu Dhabi, Uni Emirate Arab (UEA) telah dihentikan. Dua sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, pembangunan konstruksi dihentikan karena ada tekanan dari Amerika Serikat (AS).
Proyek pelabuhan telah menjadi fokus keterlibatan diplomatik dalam beberapa bulan terakhir oleh pejabat senior AS dan anggota parlemen terkemuka di Capitol Hill. Hal ini berpotensi membahayakan penjualan jet tempur canggih AS dan amunisi canggih lainnya ke UEA.
"Terakhir kami periksa, kami telah berhasil meyakinkan Emirat untuk menutup proyek tersebut. Tapi itu masih menjadi masalah yang terus bergulir," kata salah satu sumber yang akrab dengan intelijen, dilansir CNN, Sabtu (20/11).
The Wall Street Journal pertama kali melaporkan bahwa pembangunan fasilitas tersebut telah dihentikan. Pejabat AS selama satu tahun telah mengamati pembangunan konstruksi pengapalan China yang diyakini sebagai fasilitas militer di dalam pelabuhan komersial Khalifa.
Amerika Serikat menganggap UEA sebagai mitra kunci dalam upaya kontraterorisme di wilayah tersebut. Paman Sam menempatkan ribuan tentara yang berbasis di pangkalan udara Emirati, yang terletak sekitar 20 mil di luar Abu Dhabi.
China dan UEA mengatakan, pelabuhan sebagai murni untuk urusan komersial. Namun intelijen AS telah mengamati kapal yang disamarkan sebagai kapal komersial. Hal ini diakui oleh para pejabat sebagai jenis kapal yang biasanya digunakan oleh militer China untuk pengumpulan sinyal intelijen yang memasuki pelabuhan.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar UEA di Washington mengatakan, UEA tidak pernah memiliki kesepakatan, rencana, pembicaraan atau niat untuk menjadi tuan rumah pangkalan militer atau pos terdepan dalam bentuk apa pun.
China telah berusaha untuk mengembangkan pelabuhan komersial di pos-pos di seluruh dunia. Pejabat AS menilai pembangunan pos-pos tersebut sebagai upaya untuk mengembangkan pijakan terhadap akses militer. Sejauh ini China telah mengembangkan pelabuhan komersial di Pakistan dan Sri Lanka, termasuk membangun pangkalan militer luar negeri pertamanya di Djibouti pada 2017.