Rabu 24 Nov 2021 11:18 WIB

AS Latihan Serangan Nuklir, Rusia dan China Merapat

Pesawat pengebom AS terbang dalam jarak 20 kilometer dari perbatasan Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Pesawat pengebom atau bomber AS supersonic B-1B Lancer.
Foto:

Latihan militer Global Thunder tahun ini menempatkan pengebom B-52 berkemampuan nuklir. Global Thunder adalah latihan nuklir Komando Strategis AS tahunan, yang dirancang untuk menguji kesiapan kemampuan nuklir AS.

 

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengatakan bahwa pesawat pengebom strategis Barat membawa senjata yang sangat serius di dekat Rusia. Dia menegaskan agar Barat tidak menganggap enteng peringatan Moskow untuk tidak melewati garis merah.

 

Pentagon mengatakan latihan militer Global Thunder diumumkan secara terbuka dan mematuhi protokol internasional. Menurut juru bicara Pentagon, Anton Semelroth, latihan tahunan tersebut direncanakan dengan cermat oleh Komando Strategis, Komando Eropa, negara sekutu, dan mitra AS.

 

“Misi ini diumumkan secara terbuka pada saat itu dan direncanakan dengan cermat oleh (Komando Strategis), (Komando Eropa), sekutu, dan mitra untuk memastikan pelatihan maksimum dan peluang integrasi serta kepatuhan terhadap semua persyaratan protokol nasional dan internasional,” kata Semelroth.

 

Para perwira tinggi militer Rusia dan AS berbicara melalui telepon pada Selasa. Namun, tidak ada pihak yang mengungkapkan isi percakapan tersebut.

Persaingan senjata

 

Rusia dan AS tidak hanya terlibat dalam perebutan pengaruh di kawasan. Keduanya juga bersaing dalam penjualan senjata ke negara-negara di dunia.  Baru-baru ini, Rusia menjalankan komitmennya untuk mengirimkan rudal S-400 ke India.

 

Pasokan itu menempatkan India pada risiko sanksi dari Amerika Serikat (AS) di bawah undang-undang AS tahun 2017 yang bertujuan untuk mencegah negara-negara membeli perangkat keras militer Rusia. "Pengiriman pertama sudah dimulai," ujar Kepala Badan Kerja Sama Militer Rusia, Dmitry Shugayev, yang dikutip kantor berita Interfax, pada Ahad (14/11).

Baca Juga

Shugayev mengatakan bahwa unit pertama sistem S-400 akan tiba di India pada akhir tahun ini. Kesepakatan ini bernilai 5,5 miliar dolar AS untuk lima sistem rudal jarak jauh dan ditandatangani pada 2018. India perlu meningkatkan pertahanannya untuk melawan ancaman China.

India menghadapi berbagai sanksi keuangan dari Amerika Serikat di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA). Undang-undang itu menyebut Rusia sebagai musuh atas tindakannya terhadap Ukraina, termasuk campur tangan dalam pemilihan AS 2016 dan bantuan ke Suriah.

New Delhi memiliki kemitraan strategis dengan Amerika Serikat dan Rusia. Sementara Washington mengatakan kepada India bahwa tidak mungkin luput dari sanksi CAATSA.

Tahun lalu Amerika Serikat memberlakukan sanksi CAATSA pada sekutu NATO, Turki karena membeli rudal S-400 dari Rusia. Sanksi tersebut menargetkan badan pengadaan dan pengembangan pertahanan utama Turki.

Washington juga mengeluarkan Turki dari program jet tempur siluman F-35, yang merupakan pesawat paling canggih dalam persenjataan AS. Pesawat itu digunakan oleh anggota NATO dan sekutu AS lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement