REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT - Warga Palestina memberikan suaranya dalam pemilihan dewan kota di Tepi Barat yang diduduki Israel, Sabtu (11/12) waktu setempat. Pemilihan ini terjadi ketika Presiden Palestina Mahmoud Abbas memicu kemarahan karena membatalkan rencana pemilihan legislatif dan presiden awal tahun ini.
Lebih dari 400 ribu warga Palestina memenuhi syarat memberikan suaranya untuk memilih 154 anggota dewan di Tepi Barat, di mana Otoritas Palestina Abbas memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas. Pemungutan suara dewan kota ini biasanya digelar setiap empat atau lima tahun.
Namun pemilihan dewan kota tidak diadakan di Gaza karena Hamas memboikot pemungutan suara di tengah keretakan dengan partai Fatah pimpinan Abbas. Penyebabnya, presiden berusia 86 tahun itu menunda pemungutan suara dewan kota di kota-kota besar Tepi Barat, seperti Ramallah, yang bisa dilihat sebagai referendum tentang pemerintahan Abbas.
"Pemilu ini tidak bisa menjadi alternatif untuk pemilihan legislatif," kata seorang warga, Ahmad Issa (23 tahun) di luar tempat pemungutan suara di desa Bir Nabala, Tepi Barat. Padahal menurutnya pemungutan suara legislatif dapat menawarkan cakrawala bagi kaum muda dan mengarah pada reformasi.
Di desa Beit Kahil, perempuan dan laki-laki berbaris di luar tempat pemungutan suara, beberapa mengenakan masker untuk melindungi diri dari Covid-19. Begitu masuk, mereka memasukkan kertas suara ke dalam amplop dan memasukkannya ke dalam kotak suara. Langkah terakhir mereka mencelupkan jari ke dalam tinta guna mencegah memilih dua kali.