Abbas telah memicu kemarahan yang meluas pada April ketika ia membatalkan pemilihan legislatif dan presiden yang dijadwalkan untuk musim panas. Ini ia lakukan mengutip pembatasan Israel pada pemungutan suara Palestina di Yerusalem Timur.
Saingan Abbas, termasuk Hamas, menuduhnya menggunakan sengketa pemungutan suara Yerusalem sebagai alasan untuk membatalkan pemilihan yang menurut jajak pendapat menunjukkan bahwa dia dan partainya akan kalah dari kelompok Islam. Abbas, yang telah memerintah melalui dekrit selama lebih dari satu dekade, menyangkal hal ini.
Seorang juru bicara Hamas mengatakan kelompok itu menolak untuk berpartisipasi dalam pemilihan parsial yang disesuaikan dengan Fatah, dan dilakukan oleh Otoritas Palestina. Pihaknya meminta Abbas untuk menjadwal ulang pemungutan suara musim panas yang dibatalkan.
Hamas telah menikmati lonjakan popularitas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak berperang 11 hari dengan Israel pada Mei. Kelompok tersebut memenangkan pemilihan dewan mahasiswa tahun ini di beberapa universitas terkemuka di Tepi Barat. Ini adalah sebuah barometer dukungan yang penting.