Rabu 15 Dec 2021 16:05 WIB

Cerita Pilunya Rakyat Korut Berjuang Menghadapi Kekurangan Pangan

Memasuki musim dingin kekurangan pangan makin dirasakan rakyat Korut

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Seorang karyawan Toko Umum Bahan Makanan Kyonghung mendisinfeksi ruang pamer di Pyongyang, Korea Utara, Rabu, 10 November 2021. Memasuki musim dingin kekurangan pangan makin dirasakan rakyat Korut.
Foto:

Petani Sukses Didesak Berbagi Pengalaman

Demi mengatasi keisis pangan, Korut meminta petani untuk belajar dari para petani yang mencapai hasil tinggi sepanjang 2021. Langkah ini menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan hasil panen negara dalam menghadapi kekurangan pangan kronis.

Surat kabar Korut Rodong Sinmun menyebut banyak petani mencapai hasil baik berkat komitmen mereka untuk pembangunan yang stabil dan berkelanjutan. Mereka mencapainya pada tahun pertama dari rencana ekonomi lima tahun negara.

Pada Januari, Kim Jong-un mengadakan kongres partai dan meluncurkan skema pembangunan lima tahun. Pidatonya terjadi setelah ia mengakui kegagalan dalam rencana sebelumnya di tengah sanksi yang melumpuhkan dan penutupan perbatasan yang berlarut-larut karena Covid-19.

"Kami tidak dapat mempercepat dorongan kami untuk mencapai keputusan yang dibuat di kongres partai hanya dengan jumlah kelompok dan petani yang terbatas," kata surat kabar itu seperti dilansir laman Yonhap News Agency, Rabu (15/12).

"Hanya ketika semua pekerja secara aktif menerima pengalaman yang dibagikan oleh mereka yang memiliki hasil tinggi, barulah ada jaminan penting untuk hasil yang luar biasa di tahun kedua dari rencana lima tahun," kata Rodong Sinmun menambahkan.

Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian bulan Desember mengatakan Korut termasuk di antara 44 negara yang membutuhkan bantuan eksternal untuk makanan. Sebagian besar penduduknya diperkirakan menderita tingkat konsumsi makanan yang rendah.

Namun PBB telah mengecualikan Korut dari rencana bantuan kemanusiaan global untuk 2022. Hal ini menandai tahun kedua berturut-turut PBB telah membuat keputusan seperti itu.

Langkah itu dilakukan ketika Korut mempertahankan kendali perbatasan yang ketat untuk mencegah virus corona sehingga mendorong anggota staf organisasi internasional yang diperlukan untuk pemantauan dan penilaian di tempat untuk meninggalkan negara yang terisolasi itu.

sumber : Reuters/Washington Post
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement