Selasa 11 Jan 2022 15:00 WIB

Kazakhstan Menahan 7.939 Orang Selama Kerusuhan Pekan Lalu

Pasukan keamanan Kazakhstan menahan total 7.939 orang dalam kerusuhan pekan lalu

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Petugas polisi anti huru hara bersenjata bersiap-siap untuk menembak ketika mereka mengendalikan jalan setelah bentrokan di Almaty, Kazakhstan, Sabtu, 8 Januari 2022. Pasukan keamanan Kazakhstan menahan total 7.939 orang dalam kerusuhan pekan lalu.
Foto: AP/Vasily Krestyaninov
Petugas polisi anti huru hara bersenjata bersiap-siap untuk menembak ketika mereka mengendalikan jalan setelah bentrokan di Almaty, Kazakhstan, Sabtu, 8 Januari 2022. Pasukan keamanan Kazakhstan menahan total 7.939 orang dalam kerusuhan pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID,NUR-SULTAN - Pasukan keamanan Kazakhstan menahan total 7.939 orang atas kerusuhan pekan lalu, kata kementerian dalam negeri pada Senin (10/1/2022). Selama serangan terburuk dalam sejarah negara Asia Tengah pasca-Soviet itu, gedung-gedung pemerintah sempat direbut atau dibakar di beberapa kota pekan lalu ketika protes damai yang awalnya menentang kenaikan harga bahan bakar berubah menjadi kekerasan.

Pihak berwenang Kazakhstan menuding kekerasan itu dilakukan oleh ekstremis dan teroris yang beberapa di antaranya mereka katakan adalah orang asing. "Saya pikir ada semacam konspirasi yang melibatkan kekuatan penghancur domestik dan asing tertentu," kata Menteri Luar Negeri Yerlan Karin kepada televisi pemerintah, Senin, tanpa menyebut nama tersangka.

Baca Juga

Mantan kepala Komite Keamanan Nasional Karim Masimov ditahan atas tuduhan makar pekan lalu, beberapa hari setelah Presiden Kassym-Jomart Tokayev memecatnya. Tokayev juga telah memecat kabinetnya, mengeluarkan perintah tembak mati untuk mengakhiri kerusuhan, dan mengumumkan keadaan darurat di negara kaya minyak berpenduduk 19 juta jiwa itu.

Dia juga meminta blok militer pimpinan Rusia untuk mengirim pasukan, yang menurut pemerintah telah dikerahkan untuk menjaga objek-objek strategis. Media Rusia dan pemerintah melaporkan 164 orang tewas dalam bentrokan tersebut, merujuk pada unggahan media sosial pemerintah. Namun, otoritas kesehatan dan polisi tidak mengonfirmasi angka tersebut dan unggahan media sosial itu kemudian dihapus.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement