REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Kepolisian Australia sudah memperingatkan pengunjuk rasa yang memprotes wajib vaksin Covid-19 untuk segera meninggalkan daerah-daerah yang mereka duduki. Polisi meminta demonstran angkat kaki pada Ahad (13/2/2022) malam.
Pada Sabtu (12/2/2022) malam Kepolisian Australian Capital Territory (ACT) mengatakan beberapa ribu pengunjuk rasa masih berada di lapangan-lapangan besar Canberra. Sementara kurang dari 100 pengunjuk rasa berkumpul di dekat gedung parlemen federal.
Pada Ahad belum ada pengunjuk rasa yang ditahan. Sementara Sabtu kemarin polisi menahan tiga orang.
"Mereka harus pergi," kata juru bicara kepolisian, ia menolak menjawab pertanyaan apa yang akan dilakukan pihak berwenang bila demonstran menolak perintah untuk angkat kaki.
Sementara di Wellington, Selandia Baru pengunjuk rasa anti-wajib vaksin menggelar demonstrasi hari keenam. Walapun angin kencang dan hujan lebat mengguyur ibukota itu.
Terinspirasi gerakan anti-wajib vaksin Kanada, di media sosial terlihat banyak pengunjuk rasa di Wellington yang mendirikan tenda, memarkir truk dan mobil van mereka di depan gedung parlemen.
Pihak berwenang memutarkan lagu Baby Shark, Macarena dan lagu-lagu Barry Manilow di speaker untuk membubarkan massa. Sementara silikon tropis membuat cuaca di Wellington semakin buruk.
Biro cuaca Selandia Baru mengumumkan badai mulai bergerak ke North Island, negara itu, menyebabkan hujan lebat dan angin kencang. Pengunjuk rasa anti-vaksin di Selandia Baru dan Australia yang angka vaksinasi tinggi terbilang kecil.
Pada 24 jam terakhir Australia mencatat 22.750 kasus infeksi Covid-19. Sementara Selandia Baru 810 kasus, naik hampir dua kali lipat dari sebelumnya.