Dalam perkembangan lain, Rusia mengevakuasi kedutaan besarnya di Kyiv. Sementara Ukraina menarik duta besarnya untuk Rusia, dan mempertimbangkan untuk memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Moskow.
Invasi besar-besaran Rusia dapat menyebabkan korban besar dan menggulingkan pemerintah Ukraina yang terpilih secara demokratis. Selain itu, konsekuensi dari konflik dan sanksi yang dijatuhkan Barat kepada Rusia dapat mempengaruhi pasokan energi di Eropa. Termasuk mengguncang pasar keuangan global dan mengancam keseimbangan pasca-Perang Dingin di benua itu.
Putin mengumumkan operasi militer setelah Kremlin mengatakan, pemberontak di Ukraina timur meminta bantuan militer Rusia untuk membantu menangkis agresi Ukraina. Tidak lama kemudian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menolak klaim Moskow bahwa negaranya merupakan ancaman bagi Rusia. Dia mengatakan, invasi Rusia akan menelan puluhan ribu nyawa.
“Rakyat Ukraina dan pemerintah Ukraina menginginkan perdamaian,” kata Zelenskiy dalam pidato yang emosional dan berbicara dalam bahasa Rusia.
“Tetapi jika kami diserang, jika kami menghadapi upaya untuk mengambil negara kami, kebebasan kami, kehidupan kami dan kehidupan anak-anak kami, kami akan membela diri. Ketika Anda menyerang kami, Anda akan melihat wajah kami, bukan punggung kami," kata Zelenskiy menambahkan.
Zelenskiy berupaya untuk mengatur panggilan telepon dengan Putin Rabu malam. Tetapi Kremlin tidak menanggapi. Zelensky memperingatkan bahwa, langkah Putin mengerahkan pasukan militer di Ukraina timur dapat menandai dimulainya perang besar di benua Eropa.
“Provokasi apa pun, percikan apa pun dapat memicu kobaran api yang akan menghancurkan segalanya,” kata Zelenskiy.
Putin menetapkan tiga syarat yang dapat mengakhiri kebuntuan krisis Ukraina. Syarat tersebut diantaranya mendesak Kyiv membatalkan tawarannya untuk bergabung dengan NATO, meminta Ukraina melakukan demilitarisasi, dan mengakui kedaulatan Rusia atas Krimea. Ukraina telah lama menolak tuntutan Rusia tersebut.