Rabu 09 Mar 2022 23:56 WIB

Pengungsi Afghanistan di Amerika Serikat Berjuang Menyesuaikan Diri

Pengungsi Afghanitan hadapi sejumlah persoalan di Amerika Serikat

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi pengungsi Afghanistan. Pengungsi Afghanitan hadapi sejumlah persoalan di Amerika Serikat.
Foto:

Upaya relokasi para pengungsi terus berlanjut berkat dukungan organisasi nirlaba dan lintas agama yang bekerja tanpa henti untuk mencarikan rumah, pekerjaan, pendidikan dan kelas budaya bagi para pendatang baru. 

Namun, bagi banyak warga Afghanistan, perjuangan belum berakhir dengan prosedur pemukiman kembali tetapi tegang dengan trauma dari negara yang dilanda perang. 

“Pengungsi berada di bawah tekanan fisik dan mental karena perang selama beberapa dekade di Afghanistan," kata seorang mediator budaya Afghanistan Yalda Afif, yang mendukung pengungsi dalam inklusi sosial. 

Perubahan mendadak dalam situasi politik di Afghanistan dan pelarian tak terduga dari negara itu membuat banyak orang terkejut secara emosional. Banyak dari mereka harus memilih untuk melarikan diri dari negara itu untuk menyelamatkan hidup mereka atau meninggalkan orang yang mereka cintai.  

Menurut beberapa organisasi hak asasi manusia internasional, Taliban telah menargetkan warga sipil, jurnalis, anggota masyarakat sipil, saat melakukan eksekusi singkat terhadap para pembangkang, penahanan sewenang-wenang dan pembatasan yang melanggar hukum terhadap hak asasi perempuan dan anak perempuan. 

Situasi yang sangat berdampak pada kesehatan mental mereka yang melarikan diri dari negara itu, dengan kasus kecemasan, kesedihan, dan keputusasaan melonjak di antara para pengungsi. 

Sementara pemerintah mencoba untuk mempercepat proses relokasi dan memenuhi kebutuhan pengungsi, badan-badan tersebut ditekan untuk menemukan akomodasi di lingkungan yang memenuhi persyaratan khusus seperti perumahan yang terjangkau dan layanan dukungan budaya dan bahasa yang tersedia. 

"Pengungsi harus melalui banyak kesulitan selama proses integrasi. Kurangnya bahasa Inggris, tantangan untuk mendapatkan pekerjaan, dan kesenjangan budaya dan agama adalah tantangan sehari-hari yang harus mereka atasi,” kata Yalda. 

Perasaan dikhianati oleh elite politik dan militer Afghanistan adalah perasaan yang umum. Pengungsi merasa bahwa mereka belum berbuat cukup untuk mempertahankan negara mereka dari Taliban.  

Baca juga: 3 Tanda yang Membuat Mualaf Eva Yakin Bersyahadat

Penghinaan dan aib adalah kata-kata yang berulang, karena banyak dari mereka adalah tentara di Tentara Nasional Afghanistan. 

“Meskipun mereka diperlengkapi dengan baik untuk melawan Taliban, banyak yang menyatakan bahwa hanya beberapa hari sebelum jatuhnya Kabul, mereka menerima perintah langsung dari komandan untuk mundur dari kota dan distrik yang ditugaskan untuk mereka pertahankan,” kata Yalda. 

Sekarang mereka harus berjuang lagi, tetapi kali ini untuk membangun kembali kehidupan baru di negara asing. 

 

 

Sumber: alaraby

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement