REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris mengatakan warga Inggris keturunan Iran yang ditahan Teheran, Nazanin Zaghari-Ratcliffe dan Anooshe Ashoori sudah dalam perjalanan pulang. Zaghari-Ratcliffe akan bertemu suami dan putrinya yang berusia tujuh tahun.
"Ini akan menjadi awal hidup yang baru," kata Richard Ratcliffe, suami Zaghari-Ratcliffe pada BBC, Rabu (16/3/2022).
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan ia "senang" keluarga itu bisa bertemu kembail setelah bertahun-tahun. Pemerintah Inggris juga mengatakan telah menyelesaikan utang pada Iran dari tahun 1970-an.
Pemerintah Iran menahan Zaghari-Ratcliffe sejak tahun 2016 atas tuduhan berupaya menggulingkan pemerintah. Ia membantah tuduhan tersebut. Sementara Ashoori ditahan sejak tahun 2017 atas tuduhan mata-mata.
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan warga Inggris lainnya Morad Tahbaz sudah dibebaskan dari penjara tapi pulang ke Inggris. Ketiganya memiliki dwi-kewarganegaraan yakni Inggris dan Iran.
Truss mengatakan ia dan kementeriannya akan terus mengupayakan kepulangan Tahbaz. Ratcliffe yang berbicara dengan wartawan bersama putrinya Gabriella mengatakan mereka akan percaya pada kepulangan Zaghari-Ratcliffe bila sudah melihat "mummy."
Ia mengatakan ingin berterimakasih pada masyarakat "di seluruh negeri" atas dukung pada kampanyenya yang menuntut pembebasan istrinya. Ia melakukan aksi mogok makan pada Oktober tahun lalu.
"Dalam beberapa cara kami mengalami pengalaman keji, tapi juga menerima tingginya tingkat kebaikan dan kepedulian," katanya.
"Ini akan menjadi bab dalam hidup kami, tapi akan lebih banyak bab yang akan datang," tambahnya.
Pada pekan ini pemerinta Iran menjadikan Zaghari-Ratcliffe sebagai tahanan rumah dan mengembalikan paspor Inggrisnya. Anggota parlemen dari Partai Buruh Tulip Siddiq, mencicitkan foto Zaghari-Ratcliffe.
"Nazanin kini terbang menjauh dari 6 tahun di neraka," tulis Siddiq di Twitter.
"Hati saya untuk Gabriella dan Richard, perjalanan panjangnya pulang membawanya semakin dekat dengan mereka," tambahnya.