Kamis 24 Mar 2022 18:45 WIB

Perjalanan Satu Bulan Perang Ukraina

Perang Rusia di Ukraina sudah berjalan selama satu bulan

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan gedung apartemen yang terbakar di timur laut Mariupol, Ukraina selama invasi Rusia pada Sabtu, 19 Maret 2022.
Foto:

Di sisi lainnya tampaknya invasi tidak berjalan sesuai ekspektasi Putin. Setelah menguasai daerah pinggir Kiev di hari pertama invasi pasukan Rusia belum berhasil merebut ibu kota karena Ukraina memberikan perlawanan sengit. Rusia juga gagal mengusai penuh ruang udara Ukraina. Pasukan Rusia hanya mendapat kemajuan sedikit di daerah yang dikuasai pemberontak.

Pada awal Maret lalu militer Rusia mengatakan mereka telah kehilangan 498 prajurit tapi tidak pernah lagi mengumumkan jumlah pasukannya mereka yang gugur. Sementara Pada Rabu (23/3/2022) lalu NATO memprediksi sudah sekitar 15 ribu prajurit rusia yang tewas dalam pertempuran yang berlangsung selama empat pekan.

Walaupun didera penurunan nilai rubel dan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok tapi jajak pendapat menunjukkan Rusia mendukung Putin. Pengamat menilai hal itu disebabkan masifnya propaganda yang dilancarkan Kremlin selama ini.

Pada awal pekan ini Zelenskyy mengatakan Ukraina siap membahas status netral dan jaminan keamanan untuk menghentikan agresi lebih lanjut. Tapi ia menurutnya status Crimea dan wilayah yang dikuasai separatis baru dapat didiskusikan setelah gencatan senjata dan Rusia menarik pasukannya.

Sementara itu untuk membalas negara-negara yang dianggap "tidak bersahabat" dengan Rusia. Putin mengumumkan Moskow hanya akan terima pembayaran gas dengan rubel tidak dengan euro atau dolar AS.

Keputusan ini membuat sejumlah negara Eropa mempertimbangkan untuk mendapatkan gas dari Qatar. Pada Selasa (21/3) lalu Oilprice.com melaporkan Jerman akan mulai mengambil gas dari Qatar setelah negara-negara Teluk meningkatkan paskannya.

Tak hanya itu, keputusan Putin ini menjadi salah satu dari beberapa cara yang dapat mengancam supremasi dolar AS. Arab Saudi juga dikabarkan akan menerima pembayaran minyak dari Cina dengan yuan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement