Rabu 30 Mar 2022 17:05 WIB

Rusia, China dan AS Gelar Pertemuan Bahas Krisis Afghanistan

Perwakilan Taliban disebut akan turut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Tentara Taliban berjaga. Diplomat tinggi dari Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Pakistan diagendakan bertemu di China pekan ini untuk membahas isu Afghanistan. Perwakilan Taliban disebut akan turut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Tentara Taliban berjaga. Diplomat tinggi dari Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Pakistan diagendakan bertemu di China pekan ini untuk membahas isu Afghanistan. Perwakilan Taliban disebut akan turut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Diplomat tinggi dari Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Pakistan diagendakan bertemu di China pekan ini untuk membahas isu Afghanistan. Perwakilan Taliban disebut akan turut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

“China, AS, Rusia, dan Pakistan adalah semua negara dengan pengaruh signifikan dalam masalah Afghanistan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin dalam pengarahan pers pada Selasa (29/3/2022).

Baca Juga

Pertemuan tersebut bakal digelar provinsi timur Ahui. Iran, Tajikistan, dan Turkmenistan dan Uzbekistan diharapkan dapat turut mengirim delegasi ke pertemuan tersebut. Menurut Wang, utusan khusus China untuk Afghanistan Yue Xiaoyong akan memimpin pertemuan itu.

Menurut laporan kantor berita Interfax, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah tiba di Tunxi untuk menghadiri pertemuan tersebut. Sementara AS bakal mengirim utusan khususnya untuk Afghanistan, Tom West. Sejak Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus tahun lalu, krisis negara tersebut kian memburuk.

Sejumlah lembaga donor menangguhkan bantuannya ke negara tersebut. Amerika Serikat (AS) bahkan membekukan aset milik bank sentral Afghanistan senilai hampir 10 miliar dolar AS. Kombinasi sanksi dan penangguhan bantuan memberikan pukulan keras bagi Taliban dan Afghanistan.

Menurut PBB, saat ini lebih dari separuh populasi Taliban, yakni sekitar 24 juta warga, menghadapi kekurangan makanan parah. Sekitar 1 juta balita berpotensi meninggal akibat kelaparan akhir tahun ini.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan komunitas internasional  mempertahankan bantuannya untuk Afghanistan. Dia pun meminta aset milik Afghanistan yang dibekukan segera dicairkan. Guterres menekankan, hal itu perlu dilakukan agar krisis kemanusiaan di negara tersebut tak semakin jauh memburuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement