REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Laporan terbaru menemukan tingkat kekerasan pers di Meksiko pada paruh pertama pemerintahan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador meroket hingga ke titik yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Angka kekerasan terhadap pers melonjak hingga 85 persen dibanding presiden sebelumnya dalam periode yang sama.
Laporan ini dirilis saat Meksiko dilanda gelombang pembunuhan jurnalis yang menarik kritik dari media setempat dan anggota parlemen Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, Lopez Obrador menggunakan konferensi persnya untuk menyerang para wartawan.
Organisasi hak asasi manusia Article 19 mencatat pada tahun 2021 rata-rata Lopez Obrador mengkritik media enam kali dalam satu bulan. Bulan lalu presiden Meksiko itu menyerang parlemen Uni Eropa setelah mereka meloloskan resolusi yang mendesaknya menurunkan retorika pada pers. Ia menyebut parlemen Uni Eropa sebagai segerombolan "domba".
Article 19 mengatakan pada 2021 saja kekerasan terhadap pers dilaporkan terjadi setiap 14 jam sekali. Dua dari setiap kekerasan berhubungan dengan pejabat pemerintah. "Kekerasan terhadap pers yang terus berlanjut menghasilkan ketidakhadiran pemerintah, baik saat ini maupun di masa lalu, tidak mampu untuk menyelidiki kekerasan terhadap kebebasan berekspresi," kata organisasi non-profit itu, Rabu (6/4/2022).
"Sebaliknya mereka menyerang langsung media melalui stigma, kekerasan fisik dan pelecehan, serta penghinaan lainnya," tambah Article 19.
Lembaga itu mencatat pada 3,5 tahun pertama masa jabatan Lopez Obrador sudah terdapat 1.945 laporkan kekerasan terhadap pers termasuk 25 pembunuhan. Jumlah itu jauh dibandingkan pendahulunya mantan presiden Enrieque Pena di periode yang sama yakni 1.053 serangan termasuk 15 kematian.
Article 19 yang mencatat kekerasan dan pembunuhan jurnalis di Meksiko sejak tahun 2000 mengatakan tiga bulan pertama 2022 menjadi masa paling mematikan bagi jurnalis dengan delapan kematian. Juru bicara pemerintah belum menanggapi permintaan komentar.
Seorang jurnalis yang tewas dibunuh Januari lalu, Lourdes Maldonado, meminta bantuan pada Lopez Obrador di konferensi pers. Ia mengatakan nyawanya terancam meski sudah mengikuti program perlindungan jurnalis negara bagian.
Article 19 mengatakan program perlindungan yang dikelola pemerintah negara bagian dan federal di Meksiko lemah secara politik. Organisasi non-pemerintah itu meminta Lopez Obrador untuk memperkuat kebijakan pencegahan, perlindungan, dan akses ke keadilan bagi jurnalis.