REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Jurnalis, kolumnis sampai pengamat budaya Meksiko mengirimkan surat ke Presiden Andres Manuel Lopez Obrador. Mereka meminta presiden berhenti mencela media karena hanya mengobarkan retorika yang memicu kekerasan.
Surat yang ditandatangani 200 tokoh Meksiko itu dirilis di surat-surat kabar dan dibagikan di media sosial satu pekan setelah mobil jurnalis terkenal ditembak pengendara motor tidak dikenal. Ciro Gomez selamat karena mobilnya anti-peluru.
Setelah percobaan pembunuhan 15 Desember itu serangan Lopez Obrador ke media yang mengkritik pemerintahannya semakin keras. Dalam surat terbukanya para awak media menuduh Lopez Obrador "bertanggung jawab secara politik" atas serangan ke Gomez.
"Pada dasarnya semua ekspresi kebencian terhadap jurnalis, lahir, menetes dan menyebar dari kantor kepresidenan," kata para jurnalis di surat tersebut, Kamis (22/12/2022).
Lopez Obrador segera mengecam serangan terhadap Gomez tapi ia dengan cepat beralih menyerang jurnalis-jurnalis elit yang ia tuduh menjadi pengamat bagi kelompok konservatif termasuk Gomez. Dalam konferensi pers rutin, Rabu (21/12/2022) presiden itu berjanji menginvestigasi percobaan pembunuhan Gomez.
Ia membantah mencoba memecah belah negara, dan mendesak tokoh-tokoh media dari oposisi segera "berubah" ke arah yang ia inginkan.
"Sebagian besar perusahaan media, yang mana seperti blok konservatif, ingin mempertahankan rezim korup yang sama, saya sangat menyesal mereka kesal," katanya.
Berdasarkan data organisasi jurnalis Reporters Without Borders (RSF) saat ini Meksiko negara paling mematikan bagi jurnalis. Sepanjang tahun sudah 11 jurnalis yang tewas dibunuh.
Data RSF menunjukkan kekerasan terhadap jurnalis pada masa jabatan pertama Lopez Obrador naik 85 persen dibandingkan masa jabatan pendahulunya di periode yang sama.
Surat terbuka pada jurnalis itu juga ditandatangani tokoh film dan majalah Meksiko. Surat terbuka itu memperingatkan kekerasan terhadap media akan semakin sering terjadi bila presiden menolak "mengendalikan diri."