Rabu 11 May 2022 13:18 WIB

Dinasti Marcos Kembali Berkuasa

Marcos berhasil mengalahkan lawan terberatnya mantan Wakil Presiden Leni Robredo.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Pendukung Ferdinand Bongbong Marcos Jr. menunjukkan tanda kemenangan saat mereka merayakannya di sepanjang jalan di Mandaluyong, Filipina pada Selasa 10 Mei 2022. Kemenangan telak Marcos Jr dalam pemilihan presiden Filipina menimbulkan kekhawatiran segera tentang erosi lebih lanjut demokrasi di kawasan, dan dapat memperumit upaya Amerika untuk menumpulkan pengaruh dan kekuatan China yang berkembang di Pasifik.
Foto:

 

Jenazah Marcos Sr sempat tidak bisa pulang ke Filipina karena ditahan kelompok oposisi dan rakyat. Pada November 2016 Mahkamah Agung Filipina mengizinkan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Manila. Mayoritas masyarakat Filipina menolak keras putusan pengadilan tersebut.

Sekitar 400 orang, yang sebagian besar mahasiswa menggelar unjuk rasa menolak Marcos di depan gedung komisi pemilihan umum. Mereka yakin terdapat kecurangan dalam pemungutan suara.

Lembaga penyelenggara pemilu membantah sejumlah keluhan yang diajukan berbagai kelompok. Termasuk keluarga korban masa darurat militer yang ingin Marcos dilarang mengikuti pemilihan presiden karena kasus menghindari pajak pada tahun 1995. Dua kelompok yang mengajukan petisi termasuk kelompok kiri Akbayan mengatakan mereka akan mengajukan banding ke Mahkamah Agung.

photo
Calon presiden, mantan senator Ferdinand Bongbong Marcos Jr, putra mendiang diktator, memberi isyarat saat dia menyapa kerumunan selama kampanye di Quezon City, Filipina pada 13 April 2022. - (AP Photo/Aaron Favila)

Wali Kota Manila Francisco Domagoso yang keluar di posisi keempat menjadi kandidat pertama yang mengakui kekalahan. Kemenangan besar bagi Marcos diamankan putri Presiden Rodrigo Duterte yakni Sara Duterte-Carpio.

Duterte-Carpio meraup suara tiga kali lipat dari lawan terdekatnya. Ia mungkin memperluas daya tarik Marcos di banyak bidang.

Organisasi hak asasi manusia Karapatan meminta rakyat Filipina untuk menolak pemerintahan Marcos Jr ini. Menurut mereka kemenangan Bongbong dibangun dari kebohongan dan penyebaran informasi palsu "untuk menghilangkan citra bau keluarga Marcos".

Sementara itu Amnesty International menuduh Marcos dan pasangannya dalam pemilihan menghindari diskusi tentang pelanggaran hak asasi manusia. Termasuk yang dilakukan selama masa darurat militer dan perang narkoba Presiden Duterte.

Marcos juga berpaling dari perdebatan dan tidak bersedia diwawancara selama masa kampanye. Baru-baru ini ia memuji ayahnya sebagai jenius dan negarawan tapi ia kesal dengan pertanyaan seputar masa darurat militer.

Marcos membuat citranya sebagai politikus yang enggan berpolitik. Dalam catatan harian ayahnya pernah menulis ia khawatir putranya terlalu "malas dan cuek".

Selama penghitungan suara menunjukkan kemenangan Marcos, Robredo meminta pendukungnya untuk melanjutkan perjuangan mereka demi kebenaran sampai pemilihan berikutnya. "Butuh waktu untuk membangun struktur kebohongan dan kami punya waktu dan kesempatan untuk melawan dan membongkarnya," katanya.

Marcos hanya memberi sedikit petunjuk dalam kampanyenya tentang kebijakan yang akan ia ambil. Tapi diperkirakan tidak jauh berbeda dari Presiden Duterte yang akan turun. Ia suka membangun infrastruktur, mempererat hubungan dengan China dan memperkuat pertumbuhan.

 

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement