Pengamat politik dan mantan peneliti di Departemen Luar Negeri Filipina Andrea Chloe Wong mengatakan tren hubungan Filipina-Amerika Serikat (AS) akan tergantung pada bagaimana Presiden AS Joe Biden menanggapi kembalinya dinasti Marcos ke tampuk kekuasaan.
"Di satu sisi Biden memiliki kepentingan geostrategis di Filipina dan isis lain ia harus menyeimbangkannya dengan promosi gagasan ideal demokrasi dan hak asasi manusia Amerika," katanya.
"Bila ia memilih itu, ia mungkin akan mengisolasi pemerintahan Marcos, jadi pasti ini akan sulit menyeimbangkan tindakan untuk Filipina, dan pendekatan Marcos pada AS akan sangat tergantung pada bagaimana Biden akan terlibat dengannya," tambah Wong.
Pemilihan Filipina digelar saat AS mulai meningkatkan fokus ke AS. Washington akan meresmikan Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang diluncurkan pada bulan Februari lalu. Sebuah strategi untuk memperluas keterlibatan AS dengan memperkuat jaringan aliansi keamanan dan kemitraan demi menahan pengaruh dan ambisi China di kawasan.
Ribuan pasukan AS dan Filipina baru saja mengakhiri latihan militer terbesar pada tahun ini. Menunjukkan kekuatan tempur AS di utara Filipina dekat laut yang berbatasan dengan Taiwan.
Marcos tidak banyak berbicara tentang kebijakan luar negeri tapi dalam sebuah wawancara ia mengatakan ingin mempererat hubungan dengan China. Termasuk mengabaikan keputusan pengadilan internasional 2016 di Den Haag yang membatalkan hampir semua klaim historis China di Laut China Selatan.
China menolak mengakui keputusan tersebut dan Marcos pernah dikutip mengatakan "arbitrasi bukan lagi arbitrasi bila hanya ada satu pihak."