Rabu 11 May 2022 13:18 WIB

Dinasti Marcos Kembali Berkuasa

Marcos berhasil mengalahkan lawan terberatnya mantan Wakil Presiden Leni Robredo.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Pendukung Ferdinand Bongbong Marcos Jr. menunjukkan tanda kemenangan saat mereka merayakannya di sepanjang jalan di Mandaluyong, Filipina pada Selasa 10 Mei 2022. Kemenangan telak Marcos Jr dalam pemilihan presiden Filipina menimbulkan kekhawatiran segera tentang erosi lebih lanjut demokrasi di kawasan, dan dapat memperumit upaya Amerika untuk menumpulkan pengaruh dan kekuatan China yang berkembang di Pasifik.
Foto:

Pengamat politik dan mantan peneliti di Departemen Luar Negeri Filipina Andrea Chloe Wong mengatakan tren hubungan Filipina-Amerika Serikat (AS) akan tergantung pada bagaimana Presiden AS Joe Biden menanggapi kembalinya dinasti Marcos ke tampuk kekuasaan.

"Di satu sisi Biden memiliki kepentingan geostrategis di Filipina dan isis lain ia harus menyeimbangkannya dengan promosi gagasan ideal demokrasi dan hak asasi manusia Amerika," katanya.

"Bila ia memilih itu, ia mungkin akan mengisolasi pemerintahan Marcos, jadi pasti ini akan sulit menyeimbangkan tindakan untuk Filipina, dan pendekatan Marcos pada AS akan sangat tergantung pada bagaimana Biden akan terlibat dengannya," tambah Wong.

photo
Kandidat presiden Ferdinand Marcos Jr., putra mendiang diktator, melihat tanda terima setelah memberikan suara di sebuah tempat pemungutan suara di Batac City, Ilocos Norte, Filipina utara, Senin, 9 Mei 2022. - (AP/Aaron Favila)

Pemilihan Filipina digelar saat AS mulai meningkatkan fokus ke AS. Washington akan meresmikan Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang diluncurkan pada bulan Februari lalu. Sebuah strategi untuk memperluas keterlibatan AS dengan memperkuat jaringan aliansi keamanan dan kemitraan demi menahan pengaruh dan ambisi China di kawasan.

Ribuan pasukan AS dan Filipina baru saja mengakhiri latihan militer terbesar pada tahun ini. Menunjukkan kekuatan tempur AS di utara Filipina dekat laut yang berbatasan dengan Taiwan.

Marcos tidak banyak berbicara tentang kebijakan luar negeri tapi dalam sebuah wawancara ia mengatakan ingin mempererat hubungan dengan China. Termasuk mengabaikan keputusan pengadilan internasional 2016 di Den Haag yang membatalkan hampir semua klaim historis China di Laut China Selatan.

 

China menolak mengakui keputusan tersebut dan Marcos pernah dikutip mengatakan "arbitrasi bukan lagi arbitrasi bila hanya ada satu pihak."

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement