REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pria bersenjata yang melakukan penembakan massal bermotif rasial di sebuah supermarket di Buffalo, New York ingin menembak lebih banyak orang kulit hitam. Polisi mengatakan, Payton Gendron menyusuri kota untuk membunuh orang kulit hitam atau Afrika-Amerika lainnya. Ia telah berusaha melewati kota untuk membunuh orang kulit hitam lainnya, kata penegak hukum, Senin.
"Dia ingin terus mengemudi di Jefferson Ave untuk menembak lebih banyak orang kulit hitam dan bahkan mungkin pergi ke lokasi toko lain," ujar Polisi Buffalo, Joseph Gramaglia, dilansir Anadolu Agency, Selasa (17/5/2022).
Penembakan massal yang terjadi pada hari Sabtu (14/5/2022) di Top Friendly Market menewaskan 10 orang. Sementara tiga korban lainnya terluka. Penembakan itu merupakan kejahatan kebencian bermotif rasial, dan berpotensi sebagai tindakan terorisme domestik.
"Ini adalah kejahatan kebencian rasis mutlak. Ini adalah seseorang yang memiliki kebencian di hati, jiwa, dan pikiran mereka," kata Gramaglia.
Polisi mengatakan, Gendron berkendara sekitar 200 mil dari kampung halamannya di Conklin, New York untuk melakukan kejahatan rasial di Buffalo pada Sabtu. Polisi mengatakan, tindakan Gendron didorong oleh teori konspirasi supremasi kulit putih yang dikenal sebagai "The Great Replacement Theory."
Gendron (18 tahun) mengunggah manifesto setebal 180 halaman di media sosial pada Sabtu (14/5). Manifesto yang diyakini ditulis oleh Grandon itu menguraikan tentang "The Great Replacement Theory".
"The Great Replacement Theory" merupakan sebuah teori konspirasi rasis bahwa, orang kulit putih digantikan oleh minoritas di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Dokumen lain yang beredar secara daring, yang diduga telah ditulis oleh Gendron adalah daftar rencana penembakan. Dalam daftar tersebut salah satunya yaitu membersihkan senjata dan menguji siaran langsung di internet
"The Great Replacement Theory" telah menjadi jantung dari beberapa serangan kejahatan rasial lainnya. Para penganutnya secara keliru percaya bahwa ada tujuan untuk mengurangi pengaruh orang kulit putih dalam masyarakat melalui imigrasi non-kulit putih ke negara-negara yang secara tradisional didominasi oleh orang kulit putih. Hal ini bertujuan untuk memastikan orang kulit putih memiliki tingkat kelahiran yang lebih rendah daripada orang non-kulit putih.
Pria bersenjata di balik penembakan di El Paso, Texas pada 2019 yang menargetkan orang Latin menggembar-gemborkan teori konspirasi serupa. Termasuk serangan pria bersenjata yang menargetkan sinagoga Pittsburgh, Pennsylvania.
Teori konspirasi itu digaungkan oleh kelompok supremasi kulit putih selama demonstrasi kebencian di Charlottesville, Virginia pada 2017. Ketika itu para peserta demonstrasi berteriak, “Anda tidak akan menggantikan kami!,” dan “Orang-orang Yahudi tidak akan menggantikan kami!”.