Senin 06 Jun 2022 08:41 WIB

India Hadapi Badai Diplomatik Akibat Pernyataan Politikus yang Hina Nabi Muhammad

Sejumlah negara dan organisasi melayangkan protes terkait penghinaan Nabi Muhammad.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Nabi Muhammad (ilustrasi). Badai diplomatik internasional telah melanda Partai Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa di India. Partai Perdana Menteri Narendra Modi itu menjatuhkan sanksi terhadap dua juru bicara partai atas pernyataan yang menghina Nabi Muhammad.
Foto:

Arab Saudi juga turut mengutuk pernyataan pejabat BJP. Saudi menggambarkan komentar juru bicara BJP itu sebagai penghinaan terhadap umat Islam. Saudi menyerukan agar India menghormati setiap kepercayaan dan agama.

Dalam sebuah pernyataan pada Ahad (5/6/2022), BJP mengatakan, mereka menghormati semua agama dan sangat mencela penghinaan terhadap agama apa pun. BJP menambahkan, konstitusi India memberikan hak kepada setiap warga negara untuk menganut agama apa pun sesuai pilihannya dan menghormati setiap agama.

“Partai Bharatiya Janata juga sangat menentang ideologi apa pun yang menghina atau merendahkan sekte atau agama apa pun.  BJP tidak mempromosikan orang atau filosofi seperti itu,” kata pernyataan BJP. 

Pernyataan BJP itu tidak secara langsung merujuk pada pernyataan penghinaan atau sanksi dari dua pejabat partai. Kontroversi tersebut telah menimbulkan kemarahan pengguna media sosial di negara-negara Arab yang menyerukan boikot produk India. Mereka juga mengecam eskalasi kebencian terhadap Islam dan Muslim. Mereka menuduh India mengikuti jejak Prancis dan China dalam mempromosikan islamofobia.

Pada April, Komisi Amerika Serikat (AS) untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF), selama tiga tahun berturut-turut mendesak Departemen Luar Negeri AS untuk menempatkan India dalam daftar “negara yang menjadi perhatian khusus” dalam hal kebebasan beragama. Panel bipartisan independen menuduh India terlibat dan menoleransi pelanggaran kebebasan beragama yang sistematis, berkelanjutan, dan mengerikan.

“Selama tahun ini, pemerintah India meningkatkan promosi dan penegakan kebijakan, termasuk yang mempromosikan agenda nasionalis Hindu, yang berdampak negatif terhadap Muslim, Kristen, Sikh, Dalit, dan minoritas agama lainnya,” kata USCIRF dalam laporan tahunannya.

Dalam sebuah cuitan di Twitter pada Ahad, juru bicara BJP yang diskors, Sharma, menanggapi kontroversi yang terjadi. Sharma mengatakan, pernyataannya tersebut sebagai tanggapan atas komentar yang dibuat tentang dewa Hindu. Dia mengaku tidak pernah memiliki niat untuk menyakiti perasaan umat beragama apapun. Dia juga ingin mencabut pernyataan kontrversial itu tanpa syarat. Dalam cuitan berikutnya, Sharma mengatakan keluarganya telah menerima ancaman.

Kantor berita Reuters melaporkan, juru bicara BJP yang juga dikeluarkan dari partai, Jindal, mengatakan di Twitter bahwa, dia telah mempertanyakan beberapa komentar yang dibuat terhadap dewa-dewa Hindu. "Saya hanya menanyai mereka tetapi itu tidak berarti saya menentang agama apa pun," ujarnya.

 

Gerakan anti-Muslim mulai terjadi pada 2014 ketika partai nasionalis Hindu, BJP berkuasa. Kedatangan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi melihat polarisasi masyarakat India yang belum pernah terjadi sebelumnya. Serangan kebencian terhadap minoritas India, terutama Muslim terjadi hampir setiap hari. Dalam skenario seperti itu, produk budaya seperti musik, puisi, dan sinema juga menjadi alat untuk mempertahankan politik kebencian ini.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement