REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengatakan akan melanjutkan masa jabatannya sampai habis walaupun didesak mundur oleh massa yang menggelar untuk rasa selama berbulan-bulan. Tapi ia menegaskan tidak akan kembali maju dalam pemilihan berikutnya.
Saat ini, Sri Lanka sedang mengalami krisis ekonomi terburuk selama puluhan tahun. "Saya sudah diberi mandat selama lima tahun, saya tidak akan maju lagi" kata Rajapaksa pada Bloomberg di kediamannya di Kolombo, Senin (6/6/2022).
Pengunjuk rasa antipemerintah menyalahkan Rajapaksa dan keluarganya atas keputusan yang membawa negara itu pada kelangkaan berbagai komoditas pokok. Mulai dari bahan bakar sampai obat-obatan serta inflasi yang mencapai 40 persen.
Ribuan orang berunjuk rasa di depan kediamanan presiden sejak pertengahan Maret lalu. Memaksa Rajapaksa memundurkan barikade sekitar satu kilometer.
Kemerosotan ekonomi menyebabkan gejolak politik dengan mundurnya kakak Rajapaksa, Mahinda dari jabatan perdana menteri. Setelah pendukung pemerintah dan pengunjuk rasa menjadi mematikan pada bulan Mei lalu.
Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri yang baru Ranil Wickremesinghe sedang mencari 4 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan dari Dana Moneter Internasional dan sejumlah negara termasuk China dan India.
Dalam satu tahun terakhir, rupee Sri Lanka kehilangan sekitar 82 persen nilainya. Pada Senin (5/6/2022) kemarin bank sentral beri tanpa kemungkinan koreksi akan berlanjut.