Kamis 16 Jun 2022 13:58 WIB

Dilanda Krisis, Warga Sri Lanka Antre Bikin Paspor Agar Bisa Bekerja di Luar Negeri

Hingga Mei, Sri Lanka telah mengeluarkan 288.645 paspor.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Seorang wanita menawar saat dia membeli sayuran di sebuah pasar di Kolombo, Sri Lanka, Jumat, 10 Juni 2022. Negara ini menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam ingatan baru-baru ini.
Foto:

Dalam lima bulan pertama tahun 2022, Sri Lanka telah mengeluarkan 288.645 paspor. Jumlah itu meningkat dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebanyak 91.331 paspor.

Di dalam Departemen Imigrasi dan Emigrasi, orang-orang mengantri selama berjam-jam untuk mengambil foto dan sidik jari mereka. Seorang pejabat senior mengatakan, 160 anggota staf kelelahan karena berusaha memenuhi permintaan paspor yang membludak. HP Chandralal, yang mengawasi otorisasi sebagian besar aplikasi paspor, mengatakan, Departemen Imigrasi dan Emigrasi telah memperketat keamanan, memperpanjang jam kerja, dan melipatgandakan jumlah paspor yang dikeluarkan. Menurut Chandralal, setidaknya 3.000 orang menyerahkan formulir pengajuan paspor setiap hari. 

Chandralal mengatakan, sistem aplikasi online untuk pengajuan paspor telah mengalami gangguan selama beberapa bulan terakhir. Oleh karena itu, antrian pengajuan paspor sangat panjang di kantor imigrasi. Bahkan tak jarang, warga mengalami frustasi dan memarahi petugas karena menunggu terlalu lama.

 “Sangat sulit berurusan dengan masyarakat karena mereka frustrasi dan tidak mengerti bahwa sistem tidak dilengkapi untuk menangani permintaan semacam ini. Jadi mereka marah dan menyalahkan kami, tetapi tidak ada yang bisa kami lakukan," kata Chandralal.  

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, Sri Lanka berisiko mengalami darurat kemanusiaan besar-besaran. PBB telah meluncurkan rencana untuk memberikan bantuan senilai 47,2 juta dolar AS kepada 1,7 juta orang yang paling rentan di negara itu.

Dalam upaya untuk memperbaiki krisis, Sri Lanka sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bailout, setelah menangguhkan pembayaran utang luar negerinya sekitar 12 miliar dolar AS pada April. Pemerintah memperkirakan, membutuhkan setidaknya 5 miliar dolar AS untuk memenuhi impor penting selama sisa tahun ini.

Sri Lanka mengalami kekurangan makanan, gas untuk memasak, bahan bakar, dan obat-obatan. Sri Lanka mengalami depresiasi mata uang, inflasi yang mencapai lebih dari 33 persen, serta ketidakpastian politik dan ekonomi yang berkepanjangan. Hal ini mendorong sebagian besar warga Sri Lanka untuk bermigrasi.  Pemerintah ingin mendukung lebih banyak orang yang berharap bekerja di luar negeri, agar dapat meningkatkan pengiriman uang. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement