Rabu 29 Jun 2022 06:09 WIB

AS Berikan Bantuan 55 Juta Dolar untuk Korban Gempa Afghanistan

Bantuan diberikan berupa alat masak, pakaian, selimut, dan alat higienis.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Seorang pria Afghanistan menggendong anaknya di tengah kehancuran setelah gempa bumi di desa Gayan, di provinsi Paktika, Afghanistan, Jumat, 24 Juni 2022. Gempa kuat melanda wilayah pegunungan berbatu di Afghanistan timur Rabu pagi, meratakan rumah-rumah batu dan bata lumpur di gempa paling mematikan di negara itu dalam dua dekade, kantor berita pemerintah melaporkan.
Foto: AP/Ebrahim Noroozi
Seorang pria Afghanistan menggendong anaknya di tengah kehancuran setelah gempa bumi di desa Gayan, di provinsi Paktika, Afghanistan, Jumat, 24 Juni 2022. Gempa kuat melanda wilayah pegunungan berbatu di Afghanistan timur Rabu pagi, meratakan rumah-rumah batu dan bata lumpur di gempa paling mematikan di negara itu dalam dua dekade, kantor berita pemerintah melaporkan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat akan memberikan bantuan senilai 55 juta dolar AS untuk Afghanistan dalam menanggapi bencana gempa bumi. Menteri Luar Negeri Antony Blinken pasa Selasa (28/6/2022) mengatakan, bantuan tersebut berupa peralatan masak, jeriken air, selimut, pakaian dan barang-barang lainnya, termasuk perlengkapan higienis untuk mencegah wabah penyakit yang ditularkan melalui air.

"Gempa tersebut mengintensifkan krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung yang telah dialami rakyat Afghanistan terlalu lama," ujar Blinken.

Baca Juga

Gempa berkekuaran 6,1 skala richter melanda wilayah tenggara terpencil dekat perbatasan Pakistan pada Rabu pekan lalu. Gempa ini menewaskan sedikitnya 1.000 orang, melukai 2.000 lainnyaz dan menghancurkan 10.000 rumah. Kantor kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan, di antara korban tewas adalah 155 anak-anak. Sementara hampir 250 anak terluka dan 65 anak lainnya yatim piatu.

Bencana itu merupakan ujian besar bagi para penguasa Taliban. Dunia internasional belum mengakui kepemimpinan Taliban sejak mereka kembali menguasai Afghanistan. Selain itu, sanksi terhadap badan-badan pemerintah dan bank Afghanistan telah memutus sebagian besar bantuan langsung untuk negara yang menghadapi krisis kemanusiaan, termasuk kelaparan.

Pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzadah, yang hampir tidak pernah muncul di depan umum, memohon kepada masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan untuk membantu orang-orang Afghanistan yang terkena dampak tragedi besar ini.

Bencana gempa dahsyat itu menimbulkan lebih banyak kesengsaraan bagi warga Afghanistan. 

Di Ibu Kota Kabul, Perdana Menteri Mohammad Hassan Akhund mengadakan pertemuan darurat di istana presiden. Wakil Menteri untuk Penanggulangan Bencana di bawah pemerintahan Taliban, Sharafuddin Muslim, mengatakan, Afghanistan membutuhkan bantuan dari negara lain untuk mengatasi bencana gempa ini. Dia mengakui bahwa, keterasingan penguasa Taliban dari dunia internasional membuat mereka sulit untuk menangani bencana ini. 

“Ketika insiden besar seperti itu terjadi di negara mana pun, ada kebutuhan untuk bantuan dari negara lain. Sangat sulit bagi kami untuk dapat menanggapi insiden besar ini," ujar Muslim. 

Jutaan orang Afghanistan menghadapi kelaparan dan kemiskinan yang meningkat. Termasuk sistem kesehatan yang telah runtuh sejak Taliban kembali berkuasa. Pengambilalihan itu menyebabkan terputusnya pembiayaan internasional yang vital, dan sebagian besar dunia tidak mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement