Rabu 29 Jun 2022 18:15 WIB

Israel Akui Iran adalah Pesaing Utama Perang Siber

Iran, Hizbullah dan Hamas adalah pesaing paling dominan dalam perang siber

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Perang siber (Cyber War). Ilustrasi.
Foto:

Khuzestan Steel Co mengatakan, pabrik harus berhenti bekerja sampai pemberitahuan lebih lanjut, karena ada masalah teknis menyusul serangan siber. Situs web perusahaan tidak aktif pada Senin. Namun, CEO Khuzestan Steel Co, Amin Ebrahimi, mengklaim bahwa, perusahaan berhasil menggagalkan serangan siber dan mencegah kerusakan produksi yang akan berdampak pada rantai pasokan dan pelanggan.  Dia tidak memberikan keterangan lebih lanjut tentang ledakan yang ditunjukkan dalam rekaman kelompok peretas.

"Untungnya dengan waktu dan kesadaran, serangan itu tidak berhasil," kata kantor berita semi-resmi Mehr mengutip Ebrahimi, seraya menambahkan bahwa ia mengharapkan situs web perusahaan dipulihkan dan semuanya kembali normal. Televisi berita lokal, Jamaran, melaporkan bahwa serangan itu gagal karena pabrik tidak beroperasi akibat pemadaman listrik.

Khuzestan Steel Co berbasis di Ahvaz di Provinsi Khuzestan barat daya yang kaya minyak. Perusahaan ini menguasai produksi baja di Iran bersama dengan dua perusahaan besar milik negara lainnya.

Khuzeatan Steel didirikan sebelum Revolusi Islam Iran 1979. Selama beberapa dekade, perusahaan memiliki beberapa jalur produksi yang dipasok oleh perusahaan Jerman, Italia dan Jepang.  Layanan terus berlanjut kecuali selama bencana perang Iran-Irak tahun 1980-an, ketika diktator Irak Saddam Hussein mengirim pasukannya melintasi perbatasan.

Namun, sanksi berat terhadap Iran atas program nuklirnya telah memaksa perusahaan untuk mengurangi ketergantungannya pada bagian asing. Pemerintah menganggap baja sebagai sektor yang krusial. Menurut Asosiasi Baja Dunia, Iran adalah produsen baja terkemuka di Timur Tengah dan menempati peringkat 10 besar di dunia. Tambang bijih besi Iran menyediakan bahan baku untuk produksi dalam negeri dan diekspor ke puluhan negara, termasuk Italia, Cina, dan Uni Emirat Arab.

Produksi baja mentah Iran mencapai 2,3 juta ton bulan lalu.  Penurunan ekspor  sebagian besar disebabkan karena Rusia membanjiri Cina dengan baja diskon setelah kehilangan akses ke pasar Barat, di tengah perang melawan Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement