Jumat 29 Jul 2022 09:58 WIB

Eropa Harus Belajar ke Jepang dalam Menghadapi Kekurangan Energi

Negara Uni Eropa sepakat menghemat penggunaan gas di tengah konflik dengan Rusia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Pabrik penyimpanan gas Reckrod digambarkan di dekat Eiterfeld, Jerman tengah, Kamis, 14 Juli 2022, setelah pipa Nord Stream 1 ditutup karena pemeliharaan. Pemerintah Uni Eropa sepakat Selasa, 26 Juli 2022 untuk menjatah gas alam musim dingin ini untuk melindungi diri mereka dari pemotongan pasokan lebih lanjut oleh Rusia saat Moskow mengejar invasi ke Ukraina.
Foto:

Tim bisbol dan sepak bola profesional menghentikan pertandingan malam dan memindahkan pertandingan ke sore hari untuk mengurangi permintaan penerangan di area lapangan. Manajer tempat kerja menaikkan termostat dan mendorong karyawan untuk mengikuti kampanye "Cool Biz" pemerintah untuk mengenakan pakaian yang lebih ringan di musim panas.

Bahan pembuat mobil Nissan Motor Co mengubah waktu shift pabrik untuk meringankan beban jaringan pada jam sibuk tengah hari dan rantai toko serba ada Lawson Inc  beralih ke bola lampu LED dan menambahkan panel surya di banyak tokonya.

Terlebih lagi usai ledakan di Fukushima, sentimen publik berbalik melawan energi nuklir. Pada akhir 2013, Jepang menghentikan semua 54 reaktor nuklirnya yang telah memasok sekitar seperempat daya negara, meskipun sejumlah kecil dari reaktor tersebut telah dihidupkan kembali.

photo
Kapal kargo melintasi Sungai Main dengan latar gedung perkantoran di Frankfurt, Jerman, Jumat (1/5). - (AP Photo/Michael Probst)

Untuk menutup kesenjangan energi, Jepang beralih ke bahan bakar fosil seperti gas alam cair (LNG), batu bara, dan minyak. Impor LNG dari Qatar melonjak setelah bencana, lebih dari dua kali lipat menjadi 15,66 juta ton pada 2012 dari level 2010.

Kenaikan impor energi adalah salah satu faktor di balik Jepang mencatat defisit perdagangan pertama dalam 31 tahun pada 2011. Ekonomi merosot ke dalam resesi setelah gempa dan kekurangan energi, menghambat pemulihan yang baru lahir dari krisis keuangan global.

Produk domestik bruto turun 0,9 persen pada kuartal selama kecelakaan, dan datar untuk sepanjang 2011. Tanaka menyatakan, standar ketegangan yang berbeda antara bagian timur dan barat negara itu membuat pembagian beban domestik menjadi sulit.

"Dalam kasus orang Eropa, karena mereka terhubung oleh jaringan, mereka mungkin masih memiliki perasaan bahwa pilihan terakhir datang dari suatu tempat. Di sini, di Jepang, kami tidak memiliki kemewahan itu. Hanya kami," katanya. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement