Kepala Koordinator Kesehatan di Komisaris Bantuan dan Pemulangan Pengungsi (RRRC), Dr.Abu Toha M.R.H. Bhuiyan, mengatakan, pihaknya melakukan konseling di kamp-kamp pengungsian sehingga mereka yang telah terinfeksi hepatitis tidak bertemu orang lain secara acak. Dia menambahkan, pemerintah Bangladesh telah meminta semua lembaga bantuan dan penyedia layanan, termasuk Rumah Sakit Lapangan Turki untuk lebih aktif memerangi hepatitis di kalangan Rohingya. Bhuiyan mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan meluncurkan kampanye khusus untuk memberantas hepatitis di kamp-kamp.
“Pemerintah Bangladesh telah menginstruksikan kami untuk menyaring berapa banyak pasien hepatitis yang tinggal di kamp Rohingya. Kami akan memulai survei berbasis kamp untuk mengidentifikasi semua pasien untuk memberi mereka perawatan," ujar Bhuiyan.
Bhuiyan mengatakan, tidak mudah mengatasi penyakit hepatitis di lingkungan kamp yang padat. Bhuiyan menambahkan, otoritas kesehatan akan mulai melakukan pengujian setelah mendapatkan dana, karena biaya pengobatan penyakit ini cukup tinggi.
“Kami berharap dapat bekerja sama dengan lembaga bantuan dan donor internasional, sehingga kami dapat segera memulai pengobatan untuk waega Rohingya yang terinfeksi dan mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah penyebaran kuman,” kata Bhuiyan. n. Rizky Jaramaya
Mengacu pada dana yang menyusut untuk Rohingya selama krisis global saat ini, khususnya perang antara Rusia dan Ukraina, ia mendesak para pemimpin dunia untuk tidak mengabaikan penderitaan Rohingya dalam situasi apa pun.