Rabu 24 Aug 2022 22:22 WIB

Dubes Ukraina Serukan Semangat Pemberani di Hari Kemerdekaan

Indonesia mengakui kemerdekaan Ukraina pada tanggal 28 Desember 1991.

Seorang pengunjung membawa balon biru kuning serupa bendera Ukraina di Maidan Square di Kyiv, Ukraina, Selasa (23/8/2022).
Foto: AP Photo/David Goldman
Seorang pengunjung membawa balon biru kuning serupa bendera Ukraina di Maidan Square di Kyiv, Ukraina, Selasa (23/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tanggal 24 Agustus, semua orang Ukraina di seluruh dunia merayakan Hari Kemerdekaan negara mereka. Hari ini, Rabu (24/8/2022) adalah peringatan penandatanganan Undang-undang Deklarasi Kemerdekaan Ukraina oleh Verkhovna Rada (Parlemen) Republik Sosialis Soviet Ukraina pada tahun 1991. 

“Ukraina telah menempuh jalan jauh pun sukar demi meraih kemerdekaan yang sesungguhnya. Sehingga apapun yang membuatmu takut, hadapi itu dengan berani demi kemerdekaan,” kata Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin, Rabu (24/8/2022).

Baca Juga

Perjuangan bangsa Ukraina dimulai dengan persatuan berbagai suku Slavia di wilayah yang kini menjadi negara Ukraina, dan diakhiri dengan pembentukan negara Rus yang beribukota Kyiv pada abad kesembilan.

Hari ini, rezim Moskow melancarkan perang melawan Ukraina atas dasar argumen Putin yang percaya bahwa Ukraina 'tidak pernah berdiri sebagai suatu negara' dan bangsa Ukraina 'tidak berhak menentukan nasib sendiri serta bernegara, tidak memiliki bahasa, budaya dan sejarahnya sendiri'.

Serupa Ukraina, 77 tahun yang lalu, Indonesia juga harus melakukan perlawanan menentang kolonialisme dan berjuang melalui jalur diplomasi yang berliku. 

Hingga akhirnya pada tanggal 21 Januari 1946, Dmytro Manuilsky, Perutusan Tetap Ukraina untuk Perwakilan Bangsa-Bangsa, mengusulkan untuk membahas 'isu Indonesia' dalam sidang DK PBB, yang berhasil membuat Republik Indonesia diakui secara global sebagai negara merdeka dan berdaulat.

 

Kedaulatan dan kemerdekaan adalah dua hal paling penting dalam dunia demokrasi nan bebas, juga penting untuk setiap negara – termasuk Ukraina dan Indonesia. 

Tetapi yang terjadi sekarang adalah, Ukraina dihadapkan dengan serangan brutal tentara kolonial Moskow. Tanpa gentar, Ukraina melindungi kebebasan, perdamaian, dan demokrasi dunia.

Hari ini, bangsa Ukraina tidak merayakan Hari Kemerdekaan dengan mengadakan parade dan acara meriah, melainkan dengan gagah berani mempertahankan kedaulatan serta integritas wilayah Ukraina yang sedang dihujani tembakan dan bom.

Alih-alih menjelajahi ruang angkasa, mengembangkan berbagai tren global baru dalam bidang ekonomi, lingkungan dan teknologi, rakyat Ukraina justru harus menggali parit, membangun tempat perlindungan bom, menyelamatkan orang-orang yang terluka dan berjuang demi melindungi kerabat mereka dari serangan rudal. Sulit untuk dibayangkan, namun ini semua benar terjadi di benua Eropa pada abad ke-21.

Akibat agresi Rusia, Ukraina telah dan terus menderita kerugian besar. Pertama adalah korban jiwa. Rudal, bom, tembakan artileri dan peluru digunakan untuk menyerang warga sipil Ukraina, tanpa alasan yang jelas. 

Sejak awal invasi, lebih dari 6,5 juta orang Ukraina menjadi pengungsi dan untuk sementara waktu harus pindah ke negara-negara tetangga. Delapan juta orang Ukraina lainnya kini menjadi pengungsi internal (Internally Displaced Persons).

“Perang macam apa yang dikobarkan Moskow? Datanya sudah banyak. Sejak awal invasi, Rusia telah menyerang lebih dari 22,000 objek sipil. Apakah ini masih bisa disebut 'operasi militer khusus” atau sejenisnya?" kata Vasyl. 

Tentu saja tidak, lanjut dia, apa yang Rusia sedang lakukan, mengganggu orang Ukraina yang cinta damai. 

"Perang ini tidak hanya merenggut nyawa orang Ukraina, tetapi juga mencoba untuk menghapus warisan budaya kami. Bom dan rudal telah menghancurkan museum, perpustakaan, masjid dan gereja, universitas dan gedung teater di Ukraina," kata dia.

"Ini adalah momen penentuan bagi seluruh dunia demokrasi dan beradab. Ketika neokolonialisme Moskow sekali lagi menyerang perdamaian dan kemanusiaan setelah 30 tahun berlalu," kata dia menambahkan.

Ukraina berharap bahwa Indonesia akan mengikuti KTT Platform Krimea Internasional yang kedua pada tanggal 23 Agustus. Presiden Zelenskyy telah menyampaikan undangan secara langsung ke Presiden Joko Widodo. 

Dukungan Indonesia terhadap KTT ini diharapkan dapat menjadi dukungan yang signifikan bagi umat Islam Ukraina, terutama mengingat Indonesia saat ini memegang Presidensi G20 dan menjadi anggota Champion Group of the Global Crisis Response Group PBB. 

Selain itu juga mengingat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kyiv tidak lama lalu yang kembali menegaskan dukungan Indonesia terhadap kedaulatan Ukraina.

Indonesia mengakui kemerdekaan Ukraina pada tanggal 28 Desember 1991 pasca-Uni Soviet runtuh. Kemudian pada tanggal 11 Juni 1992, kedua negara menjalin hubungan diplomatik. 

"Tahun ini adalah peringatan 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Ukraina. Saya sampaikan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kerja sama," ucap Presiden Indonesia Joko Widodo pada tanggal 29 Juni 2022 ketika melakukan kunjungan bersejarah ke Ukraina, seperti dilansir dari Antara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement