REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan, pada Senin (12/9/2022), Iran tidak memiliki prasyarat dalam pembicaraannya dengan Arab Saudi. Dia menyerukan Riyadh untuk mengadopsi pendekatan konstruktif untuk meningkatkan hubungan dengan Teheran.
"Iran akan menanggapi secara proporsional setiap tindakan konstruktif oleh Arab Saudi," kata Kanaani dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
Teheran dan Riyadh merupakan kekuatan Muslim Syiah dan Sunni yang terkemuka di Timur Tengah. Kedua negara itu telah memutuskan hubungan diplomatik pada 2016 dengan kedua pihak mendukung pihak yang berlawanan dalam perang proksi di seluruh wilayah, dari Yaman ke Suriah dan di tempat lain. Tahun lalu, mereka meluncurkan pembicaraan langsung dalam upaya untuk meningkatkan hubungan.
Pemerintah Iran mengatakan bulan lalu, pembicaraan putaran keenam yang tertunda antara Arab Saudi dan Iran di Baghdad akan berlangsung ketika kondisinya tepat di Irak. Baghdad telah menjadi tuan rumah lima pembicaraan sebelumnya sejauh ini.
Penundaan pembicaraan usai putaran keima pada April lalu bersamaan dengan keputusan eksekusi 81 tahanan oleh Arab Saudi. Hukuman mati massal ini menjadi yang terbesar dalam beberapa dekade. Iran mengutuk eksekusi tersebut, yang menurut aktivis hak asasi termasuk 41 Muslim Syiah.
Selain itu, Iran juga menyatakan pembicaraan dengan Arab Saudi adalah masalah yang terpisah dari pembicaraan untuk menghidupkan kembali pakta nuklir pada 2015 atau dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Meski, diakui kerja sama antara Teheran dan Riyadh dapat membantu pemulihan ketenangan dan keamanan di Timur Tengah.